Rabu, 27 November 2013

METODE BELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode campuran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    METODE BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.      Pengertian Metode Belajar Dan Pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan. Seorang bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali kecakapn motorik seperti belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan. Menurut beberapa para ahli belajar adalah atu proses usaha yang dilakukan individu unutk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Menurut beberapa ahli, seperti Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Adapun menurut kamus bahasa Indonesia, Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Berhasil tidaknya seorang dalam belajar bertanggung jawab pada banyak factor, antara lain: kondisi kesehatan, keadaan, keaadaan inteligensi dan bakat, keadaan, minat dan motivasi, cara belajar siswa, keadaan keluarga dan lain sebagainya.
Dan untuk menentukan (mempengaruhi) belajar tersebut ada faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
1.       Faktor Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a)      Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam:
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
b)      Psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
2.      Faktor Eksternal Siswa
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
a)      Lingkungan social

Ø  Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
Ø  Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Ø  Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b)      Lingkungan Non-Sosial

Ø  Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
Ø   Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
Ø  Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.







C.     TIPE-TIPE BELAJAR
Menurut Robert M. Gagne belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe ini bertingkat- ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupan mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe belajar itu adalah :
Ø  Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.
Ø  Belajar Stimulus – respons ( Stimulus Respons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe belajar SR, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
Ø  Belajar Rangkaian ( Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.


Ø  Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
Ø  Belajar Diskriminasi ( Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan. 
Ø  Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi. 
Ø  Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.
Ø  Belajar Pemecahan masalah ( Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba (insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.
Kedelapan tipe belajar di atas itu ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Untuk memecahkan masalah misalnya, perlu dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu. Agar dikuasi konsep perlu kemampuan membuat perbedaan, dan agar dapat membuat perbedaan perlu dikuasai verbal chain, dan seterusnya.



DAFTAR PUSTAKA
Mardianto, M.Pd, Dr. 2012. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publising
Mudjiono, Drs dan Dimyati, Dr. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Riyanto Yatim, M.Pd. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Syah Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada






RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) kls 3 SD MATA PELAJARAN IPA

Nama Sekolah :
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : III / I
Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi : I. Makhluk hidup dan proses kehidupan
Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup

Indikator : - Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup
Membedakan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup berdasarkan pengamatan ciri-ciri.

Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa dapat :
- Menyebutkan ciri-ciri makhluk hidup
- Menyebutkan perbedaan makhluk hidup dan makhluk tak hidup
- Membandingkan ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup

Materi Pembelajaran : Ciri - Ciri Makhluk Hidup dan Makhluk Tak Hidup
Ciri - ciri makhluk hidup :
a. Makhluk hidup bernapas
b. Makhluk hidup membutuhkan makanan
c. Makhluk hidup mengalami pertumbuhan
d. Makhluk hidup menerima dan menanggapi rangsangan
e. Makhluk hidup bergerak
f. Makhluk hidup bereproduksi (menghasilkan keturunan).

Ciri - ciri makhluk tak hidup (benda mati) :
a. Tidak bernapas
b. Tidak membutuhkan makanan
c. Tidak mengalami pertumbuhan
d. Tidak mampu menerima dan menanggapi rangsangan
e. Tidak bergerak (diam)
f. Tidak mengalami reproduksi (tidak menghasilkan keturunan).

Metode Pembelajaran :
- Ceramah
- Tanya jawab
- Demonstrasi
- Penugasan.

Langkah – langkah Pembelajaran :
Kegiatan Awal :
- Guru mengucapkan salam
- Guru mengabsen siswa
- Guru dan siswa bersama - sama menyanyikan lagu “Burung Kakak Tua”


- Guru memberitahukan secara sekilas kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran ini agar siswa lebih semangat lagi dalam belajar, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa.

Kegiatan Inti :
- Guru meminta siswa untuk mengamati gambar - gambar yang telah tersedia di depan kelas (gambar - gambar manusia, hewan dan tumbuhan dengan berbagai aktivitas, seperti makan, berjalan, berlari, batang tumbuhan yang membengkok ke arah datangnya cahaya, dll).
- Guru meminta siswa menyebutkan ciri - ciri makhluk hidup yang dapat dilihat melalui gambar - gambar tersebut. Kemudian guru meminta siswa untuk menambahkan / melengkapi ciri - ciri lainnya yang mereka ketahui.
- Guru mengoreksi jawaban - jawaban siswa atau pernyataan siswa mengenai ciri - ciri makhluk hidup tersebut kemudian menyebutkan kembali ciri - ciri tersebut dan melengkapinya, serta memberikan contoh konkret kepada siswa agar siswa lebih mudah memahaminya.
Misalnya seperti :
Menjelaskan ciri makhluk hidup :
1. Makhluk hidup bernapas : dibuktikan dengan guru menyuruh siswa untuk menghirup dan menghembuskan udara melalui hidungnya.
2. Makhluk hidup tumbuh : contoh ketika di kelas I tinggi badan dan berat badan siswa tidak sama dengan ketika di kelas III, itu menunjukkan bahwa makhluk hidup mengalami pertumbuhan.

- Guru meminta siswa memperhatikan dan mengamati benda - benda mati di sekitarnya, seperti meja, kursi, papan tulis, dinding, dll.

- Guru menanyakan pada siswa mengapa benda - benda tersebut termasuk benda mati dan memberikan siswa kesempatan untuk menjawabnya.
- Guru menjelaskan kepada siswa mengapa benda - benda tersebut termasuk ke dalam golongan makhluk tak hidup, yaitu dengan menjelaskan ciri - ciri makhluk tak hidup. Antara lain :
1. Makhluk tak hidup tidak dapat bergerak. (Contoh : meja tidak dapat berpindah bila tidak didorong atau ditarik oleh manusia)
2. Makhluk tak hidup tidak dapat bernapas. (Contoh : pintu tidak dapat bernapas)
3. Makhluk tak hidup tidak mengalami pertumbuhan dan tidak membutuhkan makanan. (Contoh : sebuah kursi tidak akan berubah ukurannya, baik itu bertambah besar atau berubah menjadi kecil)

- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal - hal yang kurang dimengerti atau tidak dimengerti.

- Guru bersama - sama dengan siswa menyimpulkan ciri - ciri makhluk hidup dan ciri -ciri makhluk tak hidup, kemudian guru menyuruh siswa untuk membandingkannya dan menuliskannya di buku catatan.
Kegiatan Akhir :
- Guru menguji ingatan dan pemahaman siswa melalu tanya jawab mengenai ciri - ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup yang telah dibahas sebelumnya.

- Guru memberikan siswa soal – soal evaluasi dan juga tugas di rumah berupa melakukan pengamatan di alam terbuka / daerah sekitar rumah, yaitu mengamati tumbuhan Putri Malu (bila ada di lingkungan rumah siswa), yang mana tumbuhan Puti Malu tersebut akan mangatup/menutup bila disentuh untuk membuktikan ciri makhluk hidup menerima dan menanggapi rangsangan.

Bahan / Sumber Belajar :
- Buku Paket IPA kelas III Penerbit Erlangga
- Gambar – gambar pendukung, yaitu gambar – gambar manusia, hewan dan tumbuhan dengan berbagai aktivitasnya.

Penilaian :
- Tertulis => melalui soal – soal yang diberikan.
- Nontulis => melalui keaktifan siswa di dalam kelas, misalnya dalam tanya
jawab, dll.
  


Soal – Soal Evaluasi
A. Pilihan Ganda
1. Berikut ini yang tidak termasuk makhluk hidup adalah …..
a. hewan c. manusia
b. udara d. tumbuhan

2. Makhluk hidup memiliki ciri sebagai berikut, kecuali …..
a. makan c. bernapas
b. tumbuh d. diam

3. Alat gerak pada ikan berupa …..
a. sisik c. kulit
b. sayap d. sirip

4. Hewan air pada umumnya bernapas dengan menggunakan …..
a. paru – paru c. insang
b. hati d. jantung

5. Hewan yang bergerak dengan cara terbang ialah …..
a. semut c. kucing
b. burung d. kelinci


B. Lengkapi pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar :
1. Batu dan air merupakan contoh makhluk …..
2. Agar tubuh kita tumbuh besar dan tinggi, kita harus makan makanan yang…..
3. Oksigen diperlukan untuk …..
4. Katak bergerak dengan cara …..
5. Akar berfungsi sebagai …..

Kunci Jawaban
A. Pilihan Ganda
1. b. udara
2. d. diam
3. d. sirip
4. c. insang
5. b. burung

B. Uraian
1. Makhluk tak hidup
2. Sehat dan bergizi
3. Bernapas
4. Melompat
5. Tempat menyimpan cadangan makanan.

Minggu, 24 November 2013

Wanita Gemuk Lebih Cerdas Dibanding Wanita Kurus, Benarkah?!


Anda sering tidak percaya diri karena tubuh yang chubby dibanding teman-teman yang lain? Atau Anda ingin punya tubuh langsing seperti para model? Tidak perlu iri berlebih, karena menurut penelitian terbaru, wanita yang bertubuh gemuk justru lebih cerdas dibandingkan wanita bertubuh kurus.
Berita ini cukup mengejutkan bukan? Di antara banyaknya hasil penelitian 'negatif' tentang tubuh gemuk, ternyata ada berita menyenangkan untuk wanita bertubuh gemuk. Penelitian yang dilakukan oleh University of Pittsburgh, Amerika Serikat menunjukkan hasil menyenangkan, dilansir oleh Geniusbeauty.com. Penelitian pada 16.000 wanita dengan ukuran tubuh berbeda menunjukkan bahwa wanita gemuk lebih cerdas di bidang matematika, kimia, fisika dan ilmu lain.
Para ilmuwan menyimpulkan bahwa hasil tes berbagai bidang ilmu menunjukkan hasil lebih baik pada wanita bertubuh gemuk. Pada setiap tahap pengujian, wanita bertubuh gemuk mencetak poin lebih besar dibandingkan wanita bertubuh kurus. Para ahli membedakan hasil-hasil tes ini dengan membandingkan perbedaan lingkar pinggang dan pinggul para wanita. Ternyata ukuran ini memiliki arti khusus, semakin besar ukuran lingkar tersebut, mereka memiliki pikiran lebih tajam dan kecerdasan lebih baik.
Mengapa wanita gemuk lebih cerdas dibandingkan wanita biasa? Para ilmuwan dalam penelitian menyimpulkan bahwa wanita gemuk memiliki asam organik lebih banyak dalam tubuh mereka, sehingga hal itu berpengaruh pada kemampuan mental mereka. Secara khusus, wanita gemuk memiliki asam lemak omega 3 lebih banyak dalam tubuh mereka. Tidak heran jika otak mereka lebih 'cling' dibandingkan wanita bertubuh kurus.
Sekarang tidak perlu minder lagi jika Anda bertubuh gemuk.


Jumat, 19 Juli 2013

Defenisi Filsafat Menurut Para Ahli

BAB I
PENDAHULUAN

 Manusia memiliki sifat ingin tahu terhadap segala sesuatu, sesuatu yang diketahui manusia tersebut disebut pengetahuan. Pengetahuan dibedakan menjadi 4 (empat) ,yaitu pengetahuan indera, pengetahuan ilmiah, pengetahuan filsafat, pengetahuan agama. Istilah “pengetahuan” (knowledge) tidak sama dengan “ilmu pengetahuan”(science).Pengetahuan seorang manusia dapat berasal dari pengalamannya atau dapat juga berasal dari orang lain sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang memiliki obyek, metode, dan sistematika tertentu serta ilmu juga bersifat universal.
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Konsepsi-konsepsi tentang kehidupan dan dunia yang Kita sebut sebut "filosofis" dihasilkan oleh dua faktor: pertama, konsepsi-konsepsi religius dan etis warisan; kedua, semacam penelitian yang biasa disebut "ilmiah" dalam pengertian yang luas. Kedua faktor ini mempengaruhi sistem-sistem yang dibuat oleh para filosof secara perseorangan dalam proporsi yang berbeda-beda, tetapi kedua faktor inilah yang  sampai batas-batas tertentu, mencirikan filsafat. Filsafat, sebagaimana yang disampaikan Bertrand Russell, adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Defenisi Filsafat Menurut Para Ahli

Istilah Filsafat berasal dari bahsasa Yunani “ Philosofi ” dan  dalam perkembangan  berikutnya dikenal di dalam bahasa lain yaitu, Philosofie (Jerman, Belanda, dan Prancis), Philosofhy (Inggris), Philosophia (Latin), dan Falsafah (Arab).[1]
Namun arti kata diatas belum menghasilkan pengertian yang hakiki (sebenarnya) dari kata fisafat. Aktifitas budi yang dilakukan oleh para filsuf yang berupa Philosopein, memiliki 2 unsur pokok, yaitu ; pertama, Philen dan Sophos, kedua Philos dan Sophia. Philen artinya mencintai, Sophos artinya, bijaksana. Sedangkan secara istilah Philosophia  artinya mencintai  berusaha untuk memilikinya.
Dan dari kata inilah kata “mencintai “ belum menunjukkan atau memperlihatkan keaktifan dari seorang filosof untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan tersebut. Menurut pengertian yang lazim berlaku di Timur (Tiongkok atau India), seseorang dari filosof apabila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang lazim berlaku di Barat, kata “ mencintai” tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang disebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur.


Menurut Para Ahli/Filsuf Secara Terminologi

1.      Plato (427SM-347SM)
Seorang Filsuf Yunani yang termasyhur murid Socrates dan guru Aristoteles, mengatakan; Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).[2]
           

2.      Aristoteles (384SM-322SM)
Mengatakan ; Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelelidiki sebab dan asas segala benda).

3.      Marcus Tullius Cicero (106SM-43SM)
Seorang politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan bahwa; Filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang Maha Agung dan usaha-usaha untuk mencapainya.

4.      Al-Farabi (W. 950M)
Seorang Filsuf Muslim terbesar sebelum Ibnu Shina, mengatakan; Filsafat adalah Ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.

5.      Immanual Kant (1724 1804SM)
Ia sering disebut raksasa piring Barat, mengatakan bahwa; Filsafat itu ilmu pengetahuan yang mencakup didalamnya empat persoalan, yaitu:
Ø  Apakah yang dapat diketahui? (dijawab oleh Metafisika)
Ø  Apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab oleh Etika)
Ø  Sampai dimanakah Pengharapan kita? (dijawab oleh Agama)
Ø  Apa itu manusia? (dijawab oleh Antropologi)

6.      Prof. Dr. Fuad Hasan (Guru Besar Psikologi UI)
Beliau menyimpulkan bahwa; Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan penjajakan  yang radikal itu Filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.


7.      Drs. H. Hasbullah Bakry
Beliau  merumuskan ; Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauhnya yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap manusia itu sehaurusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

8.      Rene Descartes
Menurut Rene Descartes, Fisafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.

9.      Francis Bacon
Menurut Francis Bacon, Flisafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua pengetahuan dari bidangnya.

10.  Jhon Dewey
Sebagai tokoh Pragmatis, Jhon Dewey berpendapat bahwa filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengukapan mengenai perjuangan manusia secara terus-menerus dalam upaya melakukan penyesuaian  berbagai tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecendrungan-kecendrungan ilmiah dan cit-cita politik yang baru dan yang tidak sejalan dengan wewenang yang diakui. Tegasnya, filsafat sebagai suatu alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian diantara yang lama dan yang baru dalam suatu kebudayaan.

11.  Epicuros
Epicuros memandang fisafat sebagai jalan mencari kepuasan dan kesenangan dalam hidup. Ia beguna buat praktek hidup didunia. Filsafat membentukpandangan dunia dan sikap hidup. Dengan terjawabnya masalah-masalah yang rumit (yang menggelisahkan filosof), puaslah dia. Pengertian sempit membawa orang sempit berfikir. Filsafat membawa kepada berfikir luas dan dalam sehingga menimbulkan kepuasan.[3]


12.  Leibniz
Leibniz membandingkan filsafat dengan akar suatu pohon, maka dahan-dahan pohon itu terjadi dari ilmu yang lain satu demi satu. Dahan tumbuh dan diberi makan oleh akar. Tanpa akar dahan itu akan layu  dan akan mati. Demikian perbandingan antara filsafat dan ilmu.


13.  Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )
Fickte menyebutkan fisafat sebagai Wissenchaftslehre : ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu yang umum, yang jadi dasar segala ilmu.

14.  Herbert
Herbert berpendapat bahwa kewajiban filsafat ialah mengerjakan pengertian-pengertian yang dipakai ilmu-ilmu yang lain.

15.  Paul Nartrop (1854 – 1924 )
Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .

16.  Windelband
Windelband mengatakan sifat filsafat: merentang pikiran sampai sejauh-jauhnya tentang suatu keadaan atau hal yang nyata

17.  Al-Kindi
Al-Kindi sebagai ahli fikir pertama dalam filsafat islam yang memberikan pengertian filsafat dikalangan umat Islam, membagi filsafat itu dalam tiga lapangan
Ø  Ilmu fisika (ilm-at-thibiyyat), merupakan tingkatan terendah.
Ø  Ilmu matematika (ilm-ar-riyadhi), merupakan tingkatan tengah.
Ø  Ilmu ketuhanan (ilm-ar-rububiyyah), merupakan tingkatan tettinggi.



18.  Ibnu Sina
Ibnu sina juga membagi filsafat dalam teori dan praktek. Kedua itu dihubungkannya dengan agama. Dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan, yang menjelaskan dan kelengkapannya didapatkan dengan tenaga akal manusia.


A.    Filsafat Beberapa Tokoh

·         Aristoteles

Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda, Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.  Karena benda tidak dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir  deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis).
Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).
§  Sokrates adalah manusia (premis minor)
§  maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki  Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika.
Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku poitike. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.  Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai dengan estetika. [4]

·         Plato
Filosof Yunani kuno Plato tak pelak lagi cikal bakal filosof politik Barat dan sekaligus dedengkot pemikiran etika dan metafisika mereka. Pendapat-pendapatnya di bidang ini sudah terbaca luas lebih dari 2300 tahun. Tak diragukan lagi, Plato berkedudukan bagai bapak moyangnya pemikir Barat.
Plato dilahirkan dari kalangan famili Athena kenamaan sekitar tahun 427 SM. Di masa remaja dia berkenalan dengan filosof kesohor Socrates yang jadi guru sekaligus sahabatnya. Tahun 399 SM, tatkala Socrates berumur tujuh puluh tahun, dia diseret ke pengadilan dengan tuduhan tak berdasar berbuat brengsek dan merusak akhlak angkatan muda Athena. Socrates dikutuk, dihukum mati. Pelaksanaan hukum mati Socrates, yang disebut Plato "orang terbijaksana, terjujur, terbaik dari semua manusia yang saya pernah kenal"-- membikin Plato benci kepada pemerintahan demokratis.
Tak lama sesudah Socrates mati, Plato pergi meninggalkan Athena dan selama sepuluh-duabelas tahun mengembara ke mana kaki membawa.
Sekitar tahun 387 SM dia kembali ke Athena, mendirikan perguruan di sana, sebuah akademi yang berjalan lebih dari 900 tahun. Plato menghabiskan sisa umurnya yang empat puluh tahun di Athena, mengajar dan menulis ihwal filsafat. Muridnya yang masyhur, Aristoteles, yang jadi murid akademi di umur tujuh belas tahun sedangkan Plato waktu itu sudah menginjak umur enam puluh tahun. Plato tutup mata pada usia tujuh puluh.
Plato menulis tak kurang dari tiga puluh enam buku, kebanyakan menyangkut masalah politik dan etika selain metafisika dan teologi. Tentu saja mustahil mengikhtisarkan isi semua buku itu hanya dalam beberapa kalimat. Tetapi, dengan risiko menyederhanakan pikiran-pikirannya, saya mau coba juga meringkas pokok-pokok gagasan politiknya.yang dipaparkan dalam buku yang kesohor, Republik, yang mewakili pikiran-pikirannya tentang bentuk masyarakat yang menurutnya ideal.
Bentuk terbaik dari suatu pemerintahan, usul Plato, adalah pemerintahan yang dipegang oleh kaum aristokrat. Yang dimaksud aristokrat di sini bukannya aristokrat yang diukur dari takaran kualitas, yaitu pemerintah yang digerakkan oleh putera terbaik dan terbijak dalam negeri itu. Orang-orang ini mesti dipilih bukan lewat pungutan suara penduduk melainkan lewat proses keputusan bersama. Orang-orang yang sudah jadi anggota penguasa atau disebut "guardian" harus menambah orang-orang yang sederajat semata-mata atas dasar pertimbangan kualitas.
Plato percaya bahwa bagi semua orang, entah dia lelaki atau perempuan, mesti disediakan kesempatan memperlihatkan kebolehannya selaku anggota "guardian". Plato merupakan filosof utama yang pertama, dan dalam jangka waktu lama nyatanya memang cuma dia, yang mengusulkan persamaan kesempatan tanpa memandang kelamin. Untuk membuktikan persamaan pemberian kesempatannya, Plato menganjurkan agar pertumbuhan dan pendidikan anak-anak dikelola oleh negara. Anak-anak pertama-tama kudu memperoleh latihan fisik yang menyeluruh, tetapi segi musik, matematika dan lain-lain disiplin akademi tidak boleh diabaikan. Pada beberapa tahap, ujian ekstensif harus diadakan. Mereka yang kurang maju harus diaalurkan untuk ikut serta terlibat dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sedangkan orang-orang yang maju harus terus melanjutkan dan menerima gemblengan latihan. Penambahan pendidikan ini harus termasuk bukan cuma pada mata pelajaran akademi biasa, tetapi juga mendalami filosofi yang oleh Plato dimaksud menelaah doktrin bentuk ideal faham metafisikanya.[5]

·         Al-Farabi

Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf islam yang berasal dari Farab, Kazakhtan
Ia juga dikenal dengan nama lain Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai Abu Nasr Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tarkhan Ibn Uzalah Al- Farabi , juga dikenal di dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir.[6]
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa yunani ia mengenal para filsuf  Yunani;Plato, Aristoteles dan platinus dengan baik.  Kontribusinya terletak di berbagai bidang seperti matematika,filosofipengobatan, bahkan musik.  Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab Al-musiqo.Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik.
Al-Farabi dikenal dengan sebutan "guru kedua" setelah Aristoteles karena kemampuannya dalam memahami Aristoteles yang dikenal sebagai guru pertama dalam ilmu filsafat. 
Dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
Al-Farabi hidup pada daerah otonomi di bawah pemerintahan Sayf al Dawla dan di zaman pemerintahan dinasti Abbasiyyah, yang berbentuk monarki yang dipimpin oleh seorang Khalifah.[7] Ia lahir dimasa kepemimpinan Khalifah Mu’tamid (869-892 M) dan meninggal pada masa pemerintahan Khalifah Al-Muthi’ (946-974 M) dimana periode tersebut dianggap sebagai periode yang paling kacau karena ketiadaan kestabilan politik. 
Dalam kondisi demikian, al-Farabi berkenalan dengan pemikiran-pemikiran dari para ahli filsafat Yunani seperti Plato dan Aristoteles dan mencoba mengkombinasikan ide atau pemikiran-pemikiran Yunani Kuno dengan pemikiran Islam untuk menciptakan sebuah negara pemerintahan yang ideal (Negara Utama).[8]
Metafisika Al-Farabi
Dalam pembuktian adanya Tuhan, Al-Farabi mengemukakan dalil wajib al-wujud, dan mukmin al-wujud, menurutnya segala yang ada hanya dua kemungkinan tersebut tidak ada yang lain . [9]

·         Ibnu Khaldun

Ibn Khaldun, nama ini begitu mashur dikalangan pemikir dan Ilmuwan Barat.
 Ia adalah pemikir dan Ilmuwan Muslim yang pemikiranya dianggap murni dan baru pada zamannya. Tak heran ide-idenya tentang masyarakat Arab seperti yang tertuang dalam buku fenomenalnya “muqaddimah” dianggap sebagai bibit dari kelahiran Ilmu Sosiologi. Penelitiannya tentang sejarah dengan menggunakan metode yang berbeda dari penelitian Ilmuwan pada saat itu juga disebut sebagai bibit dari kemunculan Filsafat Sejarah seperti yang ada sekarang. Kehidupannya yang malang melintang di Tunisia (Afrika) dan Andalusia, serta hidup dalam dunia politik tak ayal mendukung pemikirannya tentang Politik serta Sosiologi tajam dan mampu memberikan sumbangsih yang besar pada Ilmu Pengetahuan.
Dalam mengajarkan tentang masyarakat dan sosiologi, Ibnu Khaldun menekankan pentingnya menghubungkan pemikiran sosiologi dan observasi sejarah. Menjelang kematiannya tahun 1400, Ibnu Khaldun telah menghasilkan sekumpulan karya yang mengandung berbagai pemikiran yang mirip dengan sosiologi zaman sekarang.
Ia melakukan studi ilmiah tentang masyarakat, riset empiris, dan meneliti sebab-sebab fenomena sosial. Ia memusatkan perhatian pada berbagai lembaga sosial (misalnya lembaga politik dan ekonomi) dan hubungan antara lembaga sosial itu. Ia juga tertarik untuk melakukan studi perbandingan antara masyarakat primitif dan masyarakat modern. Ibnu Khaldun tak berpengaruh secara dramatis terhadap sosiologi klasik, tetapi setelah sarjana pada umumnya dan sarjana muslim khususnya meneliti ulang karyanya, ia mulai diakui sebagai sejarawan yang mempunyai signifikansi historis.[10]

Pola pikir Ibnu Khaldun

Ibnu Khaldun benar-benar dapat dianggap Machiavelly versi islam. Baik Ibn Khaldun maupun Machiavelly membedakan dirinya dari sarjana-sarjana sejaman mereka dengan menghadapi peristiwa sosial sebagai kerangka acuan yang benar-benar realistis. Perbedaan keduanya ialah bahwa Machiavelly menolak Ideolisme dan menerima realism, sedangkan Ibn Khaldun menganggap kedua-duannya sama penting. Bagi Khaldun apa yang harus harus terjadi sama sebenarnya dengan apa yang ada, namun keduanya harus ditempatkan pada tempatnya tersendiri dan dijaga dari percampuradaukan oleh bidang lain.[11]







 BAB III
KESIMPULAN


Filasafat tidak menyelidiki salah satu segi dari kenyataan saja, melainkan apa – apa yang menarik perhatian manusia angapan ini diperkuat bahwa sejak abad ke 20 filsafat masih sibuk dengan masalah-masalah yang sama seperti yang sudah dipersoalkan 2.500 tahun yang lalu yang justru membuktikan bahwa filsafat tetap setia pada “metodenya sendiri”.Perbedaan filsafat dengan ilmu-ilmu yang lain adalah ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan, sedangkan filsafat adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan..Kesimpulan dari perbedaan tersebut adalah filsafat tersebut adalah ilmu tanpa batas karena memiliki syarat-syarat sesuai dengan ilmu.Filsafat juga bisa dipandang sebagai pandangan hidup manusia sehingga ada filsafat sebagai pandangan hidup atau disebut dengan istilah way of life, Weltanschauung, Wereldbeschouwing, Wereld-en levenbeschouwing yaitu sebagai petunjuk arah kegiatan (aktivitas) manusia dalam segala bidang kehidupanyadan filsafat juga sebagai ilmu dengan definisi seperti yang dijelaskan diatas.
Syarat-syarat filsafat sebagai ilmu adalah pengetahuan yang metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan yang menyeluruh dan universal, dan sebagai petunjuk arah kegiatan manusia dalam seluruh bidang kehidupannya.Penelahaan secara mendalam pada filsafat akan membuat filsafat memiliki tiga sifat yang pokok, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif itu semua berarti bahwa filsafat melihat segala sesuatu persoalan dianalisis secara mendasar sampai keakar-akarnya.Ciri lain yang penting untuk ditambahkan adalah sifat refleksif krisis dari filsafat.




DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono,S.H.,Drs,1993, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,Jakarta: Rineka Cipta, 1993
Amsal Bakhtiar,2010, Filsafat Ilmu, Jakarta: Raja Granpindo Persada
Ibrahim Madkour,Dr., 1993 ,Filsafat Islam metode dan penerapan, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Mudji Sutrisno dan Christ Verhaak,1993, Estetika Filsafat Keindahan, Yogyakarta: Kanisius
Anwarudin Harahap. 1981. “Posisi Abu Nasr Al Farabi dalam Dunia Islam” , skripsi sarjana. Jakarta: Fakultas Sastra         Universitas Indonesia.
H. Sirajuddin Zar, 2004. “Filsafat Islam”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Eduarny Tarmiji. 2004. “Konsep Al-Farabi tentang Negara Utama”, thesis magister. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia
Adenan,2007, Filsafat Islam Klasik, Renaisance dan Modern,Medan: Duta Azhar
Fuad Badi dan Ali Wardi,1989, Ibnu Khaldun dan pola pemikiran islam,Jakarta: Pustaka Firdaus
http://plato-dialogues.org/papyrus.htm
Sumber : http://doktorpaisal.wordpress.com/2009/11/23/biografi-ibnu-khaldun//




[1] Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar,(Jakarta: Rineka Cipta, 1993) h. 10
[2]Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Granpindo Persada,2010)
[3] Ibrahim Madkour, Filsafat Islam metode dan penerapan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1993), h. 29
[4] Mudji Sutrisno dan Christ Verhaak, Estetika Filsafat Keindahan (Yogyakarta: Kanisius, 1993).
[5] http://plato-dialogues.org/papyrus.htm
[6] Anwarudin Harahap. 1981. “Posisi Abu Nasr Al Farabi dalam Dunia Islam” , skripsi sarjana. Jakarta: Fakultas Sastra         Universitas Indonesia.
[7] H. Sirajuddin Zar, 2004. “Filsafat Islam”. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
[8] Eduarny Tarmiji. 2004. “Konsep Al-Farabi tentang Negara Utama”, thesis magister. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia
[9] Adenan, Filsafat Islam Klasik, Renaisance dan Modern,(Medan: Duta Azhar, 2007), h. 85
[10] Sumber : http://doktorpaisal.wordpress.com/2009/11/23/biografi-ibnu-khaldun//
[11] Fuad Badi dan Ali Wardi, Ibnu Khaldun dan pola pemikiran islam,(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1989) h.49