BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Metode
adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik
metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan
merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam
hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor
guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya
metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih
sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi.
Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode
yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di
tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Namun
demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak
terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi
mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar
mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar
merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan
menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari
pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran,
dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan
dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran
pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode
campuran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian
Metode Belajar Dan Pembelajaran
Metode berasal dari
Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara
etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan.. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah
: cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Fungsi metode berarti
sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal, baik
dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan.
Seorang bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali
kecakapn motorik seperti belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri atau
berjalan. Menurut beberapa para ahli belajar adalah atu proses usaha yang
dilakukan individu unutk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pengertian belajar menurut kamus
bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian
belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama.
Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran
formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam
kelas. Menurut beberapa ahli, seperti Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah
suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional
yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan Gagne dan Briggs
(1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Adapun menurut kamus bahasa Indonesia, Pembelajaran
adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BELAJAR
Berhasil
tidaknya seorang dalam belajar bertanggung jawab pada banyak factor, antara
lain: kondisi kesehatan, keadaan, keaadaan inteligensi dan bakat, keadaan,
minat dan motivasi, cara belajar siswa, keadaan keluarga dan lain sebagainya.
Dan
untuk menentukan (mempengaruhi) belajar tersebut ada faktor-faktor yang
mempengaruhi, diantaranya:
1.
Faktor
Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini
meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a)
Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor
yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan
menjadi dua macam:
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu
ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang
berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. dalam
proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan
ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra
yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik
secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana
belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan
telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
b)
Psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan
psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
2.
Faktor
Eksternal Siswa
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor
endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003)
menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non-sosial.
a)
Lingkungan
social
Ø Lingkungan sosial sekolah, seperti guru,
administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang
siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa
untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat
menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi
siswa untuk belajar.
Ø Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa.
Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang
kebetulan belum dimilikinya.
Ø Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini
sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat
orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga,
semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan
anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan
membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
b)
Lingkungan
Non-Sosial
Ø Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara
yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat,
atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan
alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses
belajar siswa akan terlambat.
Ø Faktor instrumental,yaitu perangkat
belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti
gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan
lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,
peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
Ø Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke
siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi
perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang
positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi
pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan
konsdisi siswa.
C.
TIPE-TIPE
BELAJAR
Menurut
Robert M. Gagne belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe ini bertingkat- ada
hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi
tipe belajar di atasnya. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya
merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupan mengajar. Artinya, dalam
mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana
tingkatan belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe belajar itu adalah :
Ø Belajar
Isyarat (Signal Learning)
Belajar
isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup
mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan,
isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah
isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini
dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu
bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam
ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak
sadar.
Ø Belajar
Stimulus – respons ( Stimulus Respons Learning)
Berbeda
dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe
belajar SR, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan
S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi
belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons
dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar
stimulus respons.
Ø Belajar
Rangkaian ( Chaining)
Rangkaian
atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat
segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat
sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.
Ø Asosiasi
Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu
kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang
dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun,
seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk
jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang
lain.
Ø Belajar
Diskriminasi ( Discrimination Learning)
Tipe
belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan
berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
Ø Belajar
Konsep (Concept Learning)
Konsep
merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran
terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang
menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia,
burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit)
atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep
ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
Ø Belajar
Aturan (Rule Learning)
Hukum,
dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam
semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut
dalam segitiga sama dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan
verbal chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui
artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami
artinya.
Ø Belajar
Pemecahan masalah ( Problem Solving Learning)
Memecahkan
masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran. Upaya pemecahan
masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan
masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat
adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti
mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule)
tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah
terjadi dengan tiba-tiba (insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak
terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan
sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain.
Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan
masalah-masalah lain.
Kedelapan
tipe belajar di atas itu ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan
prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Untuk memecahkan masalah misalnya,
perlu dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu
dipakai semua konsep dalam aturan itu. Agar dikuasi konsep perlu kemampuan
membuat perbedaan, dan agar dapat membuat perbedaan perlu dikuasai verbal
chain, dan seterusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Mardianto,
M.Pd, Dr. 2012. Psikologi Pendidikan. Medan:
Perdana Publising
Mudjiono,
Drs dan Dimyati, Dr. 2009. Belajar Dan
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Riyanto
Yatim, M.Pd. 2010. Paradigma Baru
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Syah
Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
http://suratanmakna.blogspot.com/2012/11/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-belajar.html (diakses kamis, 29 nov 2012)
http://joegolan.wordpress.com/2009/04/13/pengertian-belajar/ (diakses 13 april 2009)
http://himitsuqalbu.wordpress.com/2013/07/27/defenisi-belajar-menurup-para-ahli/ (diakses 27 juli 2013)
http://candrawesly.blogspot.com/2012/04/pengertian-dan-definisi-metode-menurut.html (diakses 26 april 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar