Rabu, 27 November 2013

METODE BELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode campuran.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    METODE BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1.      Pengertian Metode Belajar Dan Pembelajaran
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Secara etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode adalah : cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal, baik dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau kecakapan. Seorang bayi misalnya, dia harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali kecakapn motorik seperti belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan. Menurut beberapa para ahli belajar adalah atu proses usaha yang dilakukan individu unutk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas. Menurut beberapa ahli, seperti Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Sedangkan Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Adapun menurut kamus bahasa Indonesia, Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR

Berhasil tidaknya seorang dalam belajar bertanggung jawab pada banyak factor, antara lain: kondisi kesehatan, keadaan, keaadaan inteligensi dan bakat, keadaan, minat dan motivasi, cara belajar siswa, keadaan keluarga dan lain sebagainya.
Dan untuk menentukan (mempengaruhi) belajar tersebut ada faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya:
1.       Faktor Internal Siswa
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a)      Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam:
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
b)      Psikologis
Faktor–faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
2.      Faktor Eksternal Siswa
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.
a)      Lingkungan social

Ø  Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
Ø  Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Ø  Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

b)      Lingkungan Non-Sosial

Ø  Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
Ø   Faktor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya.
Ø  Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.







C.     TIPE-TIPE BELAJAR
Menurut Robert M. Gagne belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe ini bertingkat- ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupan mengajar. Artinya, dalam mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tindakan sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Kedelapan tipe belajar itu adalah :
Ø  Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respon bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat mengambil sikap tidak bicara. Lambaian tangan, isyarat untuk datang mendekat. Menutup mulut dan lambaian tangan adalah isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi respons yang dilakukan itu bersifat umum, kabur dan emosional. Menurut Krimble (1961) bentuk belajar semacam ini biasanya bersifat tidak disadari, dalam arti respons diberikan secara tidak sadar.
Ø  Belajar Stimulus – respons ( Stimulus Respons Learning)
Berbeda dengan belajar isyarat, respons bersifat umum, kabur dan emosional. Tipe belajar SR, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu hubungan S-R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itupun ikatan S-R. Jadi belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S-R bond). Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula pada tipe belajar stimulus respons.
Ø  Belajar Rangkaian ( Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.


Ø  Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
Ø  Belajar Diskriminasi ( Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan. 
Ø  Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi. 
Ø  Belajar Aturan (Rule Learning)
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.
Ø  Belajar Pemecahan masalah ( Problem Solving Learning)
Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Ini merupakan pemikiran. Upaya pemecahan masalah dilakukan dengan menghubungkan berbagai urusan yang relevan dengan masalah itu. Dalam pemecahan masalah diperlukan waktu, adakalanya singkat adakalanya lama. Juga seringkali harus dilalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu, mencari hubungannya dengan aturan (rule) tertentu. Dalam segala langkah diperlukan pemikiran. Tampaknya pemecahan masalah terjadi dengan tiba-tiba (insight). Dengan ulangan-ulangan masalah tidak terpecahkan, dan apa yang dipecahkan sendiri-yang penyelesaiannya ditemukan sendiri- lebih mantap dan dapat ditransfer kepada situasi atau problem lain. Kesanggupan memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah lain.
Kedelapan tipe belajar di atas itu ada hirarkinya. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Untuk memecahkan masalah misalnya, perlu dikuasai sejumlah aturan yang relevan dan untuk menguasai aturan perlu dipakai semua konsep dalam aturan itu. Agar dikuasi konsep perlu kemampuan membuat perbedaan, dan agar dapat membuat perbedaan perlu dikuasai verbal chain, dan seterusnya.



DAFTAR PUSTAKA
Mardianto, M.Pd, Dr. 2012. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publising
Mudjiono, Drs dan Dimyati, Dr. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Riyanto Yatim, M.Pd. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Syah Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada






RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) kls 3 SD MATA PELAJARAN IPA

Nama Sekolah :
Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : III / I
Waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi : I. Makhluk hidup dan proses kehidupan
Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup

Indikator : - Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup
Membedakan antara makhluk hidup dan makhluk tak hidup berdasarkan pengamatan ciri-ciri.

Tujuan Pembelajaran : Setelah mempelajari materi ini diharapkan siswa dapat :
- Menyebutkan ciri-ciri makhluk hidup
- Menyebutkan perbedaan makhluk hidup dan makhluk tak hidup
- Membandingkan ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup

Materi Pembelajaran : Ciri - Ciri Makhluk Hidup dan Makhluk Tak Hidup
Ciri - ciri makhluk hidup :
a. Makhluk hidup bernapas
b. Makhluk hidup membutuhkan makanan
c. Makhluk hidup mengalami pertumbuhan
d. Makhluk hidup menerima dan menanggapi rangsangan
e. Makhluk hidup bergerak
f. Makhluk hidup bereproduksi (menghasilkan keturunan).

Ciri - ciri makhluk tak hidup (benda mati) :
a. Tidak bernapas
b. Tidak membutuhkan makanan
c. Tidak mengalami pertumbuhan
d. Tidak mampu menerima dan menanggapi rangsangan
e. Tidak bergerak (diam)
f. Tidak mengalami reproduksi (tidak menghasilkan keturunan).

Metode Pembelajaran :
- Ceramah
- Tanya jawab
- Demonstrasi
- Penugasan.

Langkah – langkah Pembelajaran :
Kegiatan Awal :
- Guru mengucapkan salam
- Guru mengabsen siswa
- Guru dan siswa bersama - sama menyanyikan lagu “Burung Kakak Tua”


- Guru memberitahukan secara sekilas kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran ini agar siswa lebih semangat lagi dalam belajar, sekaligus memberikan motivasi kepada siswa.

Kegiatan Inti :
- Guru meminta siswa untuk mengamati gambar - gambar yang telah tersedia di depan kelas (gambar - gambar manusia, hewan dan tumbuhan dengan berbagai aktivitas, seperti makan, berjalan, berlari, batang tumbuhan yang membengkok ke arah datangnya cahaya, dll).
- Guru meminta siswa menyebutkan ciri - ciri makhluk hidup yang dapat dilihat melalui gambar - gambar tersebut. Kemudian guru meminta siswa untuk menambahkan / melengkapi ciri - ciri lainnya yang mereka ketahui.
- Guru mengoreksi jawaban - jawaban siswa atau pernyataan siswa mengenai ciri - ciri makhluk hidup tersebut kemudian menyebutkan kembali ciri - ciri tersebut dan melengkapinya, serta memberikan contoh konkret kepada siswa agar siswa lebih mudah memahaminya.
Misalnya seperti :
Menjelaskan ciri makhluk hidup :
1. Makhluk hidup bernapas : dibuktikan dengan guru menyuruh siswa untuk menghirup dan menghembuskan udara melalui hidungnya.
2. Makhluk hidup tumbuh : contoh ketika di kelas I tinggi badan dan berat badan siswa tidak sama dengan ketika di kelas III, itu menunjukkan bahwa makhluk hidup mengalami pertumbuhan.

- Guru meminta siswa memperhatikan dan mengamati benda - benda mati di sekitarnya, seperti meja, kursi, papan tulis, dinding, dll.

- Guru menanyakan pada siswa mengapa benda - benda tersebut termasuk benda mati dan memberikan siswa kesempatan untuk menjawabnya.
- Guru menjelaskan kepada siswa mengapa benda - benda tersebut termasuk ke dalam golongan makhluk tak hidup, yaitu dengan menjelaskan ciri - ciri makhluk tak hidup. Antara lain :
1. Makhluk tak hidup tidak dapat bergerak. (Contoh : meja tidak dapat berpindah bila tidak didorong atau ditarik oleh manusia)
2. Makhluk tak hidup tidak dapat bernapas. (Contoh : pintu tidak dapat bernapas)
3. Makhluk tak hidup tidak mengalami pertumbuhan dan tidak membutuhkan makanan. (Contoh : sebuah kursi tidak akan berubah ukurannya, baik itu bertambah besar atau berubah menjadi kecil)

- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal - hal yang kurang dimengerti atau tidak dimengerti.

- Guru bersama - sama dengan siswa menyimpulkan ciri - ciri makhluk hidup dan ciri -ciri makhluk tak hidup, kemudian guru menyuruh siswa untuk membandingkannya dan menuliskannya di buku catatan.
Kegiatan Akhir :
- Guru menguji ingatan dan pemahaman siswa melalu tanya jawab mengenai ciri - ciri makhluk hidup dan makhluk tak hidup yang telah dibahas sebelumnya.

- Guru memberikan siswa soal – soal evaluasi dan juga tugas di rumah berupa melakukan pengamatan di alam terbuka / daerah sekitar rumah, yaitu mengamati tumbuhan Putri Malu (bila ada di lingkungan rumah siswa), yang mana tumbuhan Puti Malu tersebut akan mangatup/menutup bila disentuh untuk membuktikan ciri makhluk hidup menerima dan menanggapi rangsangan.

Bahan / Sumber Belajar :
- Buku Paket IPA kelas III Penerbit Erlangga
- Gambar – gambar pendukung, yaitu gambar – gambar manusia, hewan dan tumbuhan dengan berbagai aktivitasnya.

Penilaian :
- Tertulis => melalui soal – soal yang diberikan.
- Nontulis => melalui keaktifan siswa di dalam kelas, misalnya dalam tanya
jawab, dll.
  


Soal – Soal Evaluasi
A. Pilihan Ganda
1. Berikut ini yang tidak termasuk makhluk hidup adalah …..
a. hewan c. manusia
b. udara d. tumbuhan

2. Makhluk hidup memiliki ciri sebagai berikut, kecuali …..
a. makan c. bernapas
b. tumbuh d. diam

3. Alat gerak pada ikan berupa …..
a. sisik c. kulit
b. sayap d. sirip

4. Hewan air pada umumnya bernapas dengan menggunakan …..
a. paru – paru c. insang
b. hati d. jantung

5. Hewan yang bergerak dengan cara terbang ialah …..
a. semut c. kucing
b. burung d. kelinci


B. Lengkapi pertanyaan berikut dengan jawaban yang benar :
1. Batu dan air merupakan contoh makhluk …..
2. Agar tubuh kita tumbuh besar dan tinggi, kita harus makan makanan yang…..
3. Oksigen diperlukan untuk …..
4. Katak bergerak dengan cara …..
5. Akar berfungsi sebagai …..

Kunci Jawaban
A. Pilihan Ganda
1. b. udara
2. d. diam
3. d. sirip
4. c. insang
5. b. burung

B. Uraian
1. Makhluk tak hidup
2. Sehat dan bergizi
3. Bernapas
4. Melompat
5. Tempat menyimpan cadangan makanan.

Minggu, 24 November 2013

Wanita Gemuk Lebih Cerdas Dibanding Wanita Kurus, Benarkah?!


Anda sering tidak percaya diri karena tubuh yang chubby dibanding teman-teman yang lain? Atau Anda ingin punya tubuh langsing seperti para model? Tidak perlu iri berlebih, karena menurut penelitian terbaru, wanita yang bertubuh gemuk justru lebih cerdas dibandingkan wanita bertubuh kurus.
Berita ini cukup mengejutkan bukan? Di antara banyaknya hasil penelitian 'negatif' tentang tubuh gemuk, ternyata ada berita menyenangkan untuk wanita bertubuh gemuk. Penelitian yang dilakukan oleh University of Pittsburgh, Amerika Serikat menunjukkan hasil menyenangkan, dilansir oleh Geniusbeauty.com. Penelitian pada 16.000 wanita dengan ukuran tubuh berbeda menunjukkan bahwa wanita gemuk lebih cerdas di bidang matematika, kimia, fisika dan ilmu lain.
Para ilmuwan menyimpulkan bahwa hasil tes berbagai bidang ilmu menunjukkan hasil lebih baik pada wanita bertubuh gemuk. Pada setiap tahap pengujian, wanita bertubuh gemuk mencetak poin lebih besar dibandingkan wanita bertubuh kurus. Para ahli membedakan hasil-hasil tes ini dengan membandingkan perbedaan lingkar pinggang dan pinggul para wanita. Ternyata ukuran ini memiliki arti khusus, semakin besar ukuran lingkar tersebut, mereka memiliki pikiran lebih tajam dan kecerdasan lebih baik.
Mengapa wanita gemuk lebih cerdas dibandingkan wanita biasa? Para ilmuwan dalam penelitian menyimpulkan bahwa wanita gemuk memiliki asam organik lebih banyak dalam tubuh mereka, sehingga hal itu berpengaruh pada kemampuan mental mereka. Secara khusus, wanita gemuk memiliki asam lemak omega 3 lebih banyak dalam tubuh mereka. Tidak heran jika otak mereka lebih 'cling' dibandingkan wanita bertubuh kurus.
Sekarang tidak perlu minder lagi jika Anda bertubuh gemuk.