A. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Secara etimologi, ilmu pengetahuan terdiri
dari dua kata, yakni ilmu dan pengetahuan. Ilmu dalam bahas Arab, berasal dari
kata Alama artinya mengecap atau memberi tanda. Sedangkan ilmu berarti pengetahuan.
Sedangkan dalam bahasa Inggris ilmu berarti science, yang berasal dari bahasa
latin scientia, yang merupakan turunan dari kata scire, dan mempunyai arti
mengetahui (to know), yang juga berarti belajar (to learn). Dalam Webster’s
Dictionary disebutkan bahwa;
“Pengetahuan yang membedakan dari ketidak
tahuan atau kesalahpahaman; pengetahuan yang diperoleh melalui belajar atau
praktek, suatu bagian dari pengetahuan yang
disusun secara sistematis sebagai
salah satu objek studi (ilmu teologi), pengetahuan yang mencakup kebenaran umum
atau hukum-hukum operasinal yang diperoleh dan diuji melalui metode ilmiah;
pengetahuan yang memperhatikan dunia pisik dan gejala-gejalanya (ilmu
pengetahuan alami), suatu sistem atau metode atau pengakuan yang didasarkan
pada prinsip-prinsip ilmiah.
Sedangkan pengetahuan merupakan arti dari
kata knowledge yang mempunyai arti;
“Kenyataan atau keadaan mengetahui sesuatu
yang diperoleh secara umum melalui pengalaman atau kebenaran secara umum, kenyataan
atau kondisi manusia yang menyadari sesuatu, kenyataan atau kondisi memiliki
informasi yang sedang dipelajari, sejumlah pengetahuan; susunan kepercayaan,
informasi dan prinsip-prinsip yang diperoleh manusia”.
Konklusi dari pernyataan tersebut diatas,
Ilmu diinterpretasikan sebagai salah
satu dari pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah yang sistematis.
Sedangkan pengetahuan diperoleh dari kebiasaan atau pengalaman sehari-hari.
Dengan demikian ilmu lebih sempit dari pegetahuan, atau ilmu merupakan bagian
dari pengetahuan.
Pengertian tersebut tidak jauh berbeda dari
definisi yang dikemukakan oleh para ahli
terminologi. Kata ilmu diartikan oleh
Charles Singer sebagai proses membuat pengetahuan. Definisi yang hampir sama
dikemukakan John Warfield yang mengartikan ilmu sebagai rangkaian
aktivitas penyelidikan. Sedangkan pengetahuan menurut Zidi Gazalba merupakan
hasil pekerjaan dari tahu yang merupakan hasil dari kenal, sadar, insaf,
mengerti dan pandai. Pengetahuan menurutnya adalah milik atau isi fikiran. Sedangkan
pengertian ilmu pengetahuan sebagai terjemahan dari science, seperti dikatakan
oleh Endang Saefuddin Anshori ialah;
“Usaha pemahaman manusia yang disusun dalam
satu sistem mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan
hukum-hukum tentang hal-ihwal yang diselidiki (alam, manusia, dan agama) sejauh
yang dapat dijangkau daya pemikiran yang dibantu penginderaan itu, yang
kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksprimental”.
Dari definisi tersebut diperoleh ciri-ciri
ilmu pengetahuan yaitu; sistematis, generalitas (keumuman), rasionalitas,
objektivitas, verifibialitas dan komunitas. Sistematis, ilmu pengetahuan
disusun seperti sistem yang memiliki fakta-fakta penting yang saling berkaitan.
Generalitas, kualitas ilmu pengetahuan untuk merangkum fenomena yang senantiasa
makin luas dengan penentuan konsep yang makin umum dalam pembahasan sasarannya.
Rasionalitas, bersumber pada pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah
logika. Verifiabilitas, dapat diperiksa kebenarannya, diselidiki kembali atau
diuji ulang oleh setiap anggota lainnya dari masyarakat ilmuan. Komunitas,
dapat diterima secara umum, setelah diuji kebenarannya oleh ilmuwan.
Sedangkan yang menjadi objek ilmu pengetahuan
dapat dibagi dua yaitu objek materi (material objek) dan objek fomal (formal
objek). Objek materi adalah sasaran
yang berupa materi yang dihadirkan dalam suatu pemikiran atau penelitian.
Didalamnya terkandung benda-benda materi ataupun non-materi. Bisa juga berupa
hal-hal, masalah-masalah, ide-ide, konsep-konsep dll.
Objek formal yang berarti sudut pandang menurut segi mana suatu objek
diselidiki. Objek formal menunjukkan pentingnya arti, posisi dan fungsi-fungsi
objek dalam ilmu pengetahuan. Sebagai contoh pembahasan tentang objek materi
“manusia”. Dalam diri manusia terdapat beberapa aspek, seperti: kejiwaan,
keragaan, keindividuaan dan juga kesosialan. Aspek inilah yang menjadi objek
forma ilmu pengetahuan. Manusia dengan objek formalnya akan menghasilkan
beberapa macam ilmu pengetahuan, misalnya biologi, fisikologi, sosiologi,
antropologi dll.
Dengan kata lain ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan tentang suatu objek yang diperoleh dengan metode ilmiah yang
disusun secara sistematik sebagai sebuah kebenaran.
B. Epistemologi
Dan Jenis Pengetahuan
Menurut Basford, Slevin,
(2006) Cabang dari filosofi yang membahas tentang definisi dan klasifikasi
pengetahuan disebut epistemologi. Secara umum ahli filsafat epistemologi
mengklasifikasikan pengetahuan sebagai berikut:
1.
Pengetahuan
tentang
Pengetahuan yang
mengidentifikasi semua hal yang kita ketahui.Secara sederhana, kita mengetahui
keberadaannya dan kita mengetahui sesuatu tentang hal tersebut.
2.
Pengetahuan
bagaimana
Pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Ini yang kita maksud ketika kita mengatakan bahwa
seseorang memiliki “cara mengetahui sesuatu”. Sebagai contoh, seorang diplomat
dapat berbicara dengan beberapa bahasa yang berbeda, atau seorang perawat dapat
memasang slang nasogastrik, ia mengetahui bagaimana cara melakukan hal
tersebut.
3.
Pengetahuan
bahwa
Pengetahuan dalam memahami
sesuatu, tentang apa arti dari sesuatu, sifat dan cara kerjanya, dan bagaimana
hubungannya dengan hal-hal lain. Pengetahuan bahwa dapat dibagi menjadi:
Ø
Pengetahuan
apriori
Pengetahuan yang diambil
dari dasar aksiomatiknya sendiri.Pengetahuan yang dihasilkan dari proses
pemikiran dan dedukasi tanpa ada stimulus eksternal atau bukti yang berperan
pada kesimpulan. Hal ini dikatakan sebagai suatu yang benar karena adanya suatu
alasan atau bukti-bukti tertentu.
Ø
Pengetahuan
empiris
Pengetahuan ini diambil
dari persepsi, misal, observasi yang dilakukan di lingkuang. Dari hal-hal yang
diobservasi didapatkan pengetahuan dengan proses induksi. Hal tersebut tidak
mengubah kondisi yang ada, dan secara aktual mengobservasi dan mengetahui bahwa
hal-hal tersebut ada.
C. Cara-Cara
Memperoleh Pengetahuan
Dari lahir hingga
matinya, manusia tak akan lepas dari proses mengumpulkan pengetahuan. Contoh
paling mudah adalah pengetahuan yang didapat melalui proses sensori indera. Pengetahuan
tentang warna, tentang nada, tentang perbedaan panas dingin semuanya didapat
melalui pengalaman langsung inderawi.
Pengalaman inderawi
hanya menjadi bagian kecil bagaimana manusia memperoleh pengetahuan. Dalam
perkembangannya, cara memperoleh pengetahuan telah merentang sedemikian jauh
diiringi dengan ragam pengetahuan itu sendiri. Lantas bagaimana proses manusia
mendapatkan pengetahuan?
Tahap pertama dicapai
melalui konseptualisasi. Benda nyata seperti piring atau sendok perlu
dikonseptualisasi melalui proses mental. Pengalaman atas piring dan sendok
diabstraksi dan kemudian disatukan menjadi pengalaman mental yang tersimpan
dalam otak.
Proses ini terjadi berulang tiap manusia mendapatkan pengetahuan baru. Kemampuan konseptualisasi tidak akan sama antara satu orang dengan yang lain. Pengetahuan akan piring dan sendok relatif mudah dipahami karena keduanya merupakan perkakas sederhana, nyata, bisa dilihat maupun diraba.
Proses ini terjadi berulang tiap manusia mendapatkan pengetahuan baru. Kemampuan konseptualisasi tidak akan sama antara satu orang dengan yang lain. Pengetahuan akan piring dan sendok relatif mudah dipahami karena keduanya merupakan perkakas sederhana, nyata, bisa dilihat maupun diraba.
Namun jenis
pengetahuan yang melibatkan struktur yang rumit serta abstak akan membutuhkan
usaha dan mungkin juga kemampuan lebih untuk memahaminya. Kabar baiknya,
layaknya pengetahuan itu sendiri, kemampuan konseptualisasi juga bisa dilatih
dan dikembangkan. Lantas apakah semua proses ini akan mengantarkan pada
pengetahuan yang benar?
Jawabnya belum tentu. Sangat mungkin manusia mengalami
kesalahan. Seorang astronom bisa saja salah mengartikan gelombang radio yang
terdeteksi dari luar angkasa sebagai sinyal dari makhluk asing, padahal itu
hanya pulsar yang dipancarkan oleh kumpulan bintang.
Agar kesalahan bisa diminimalkan diperlukan verifikasi. Verifikasi mesti menunjukkan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu. Jika hari ini hasilnya merah dan sebulan kemudian tetap merah, tingkat kepercayaan atas pengetahuan ini akan semakin tinggi. Begitulah siklus utama manusia dalam memperoleh pengetahuan, konseptualisasi yang mesti diiringi dengan verifikasi. Namun ada satu faktor lagi yang juga berpengaruh, meski ini tidak terkait langsung dengan proses mental, yaitu metode dalam meraih pengetahuan itu sendiri.
Agar kesalahan bisa diminimalkan diperlukan verifikasi. Verifikasi mesti menunjukkan hasil yang konsisten dari waktu ke waktu. Jika hari ini hasilnya merah dan sebulan kemudian tetap merah, tingkat kepercayaan atas pengetahuan ini akan semakin tinggi. Begitulah siklus utama manusia dalam memperoleh pengetahuan, konseptualisasi yang mesti diiringi dengan verifikasi. Namun ada satu faktor lagi yang juga berpengaruh, meski ini tidak terkait langsung dengan proses mental, yaitu metode dalam meraih pengetahuan itu sendiri.
Mengambil
contoh di dunia sains, saat ini dikenal apa yang disebut sebagai metode ilmiah.
Metode ini baru diterapkan luas pada abad ke-17. Sebelum itu, mengikuti
Aristoteles, masalah sains cukup dipecahkan melalui proses berpikir tanpa
disertai pembuktian langsung atas hasil proses berpikir itu. Dalam metode
ilmiah, semuanya hanya sebatas dugaan sebelum dapat dibuktikan lebih jauh.
Hasil berpikir saja tidak akan mencukupi.
Melalaui metode ini,
pengetahuan akan memiliki validitas lebih baik dan memperkecil peluang
kesalahan. Ini menjelaskan, metode memperoleh pengetahuan juga akan menentukan
derajat kesahihan atas pengetahuan itu.
Pengetahuan dapat
diperoleh kebenarannya dari dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan
ilmiah. Pada pendekatan non ilmiah ada beberapa pendekatan yakni akal sehat,
intuisi, prasangka, penemuan dan coba-coba dan pikiran kritis.
1. Akal sehat
Menurut
Conant yang dikutip Kerlinger (1973, h. 3) akal sehat adalah serangkaian konsep
dan bagian konseptual yang memuaskan untuk penggunaan praktis bagi kemanusiaan.
Konsep merupakan kata yang dinyatakan abstrak dan dapat digeneralisasikan
kepada hal-hal yang khusus. Akal sehat ini dapat menunjukan hal yang benar,
walaupun disisi lainnya dapat pula menyesatkan.
2. Intuisi
Intuisi
adalah penilaian terhadap suatu pengetahuan yang cukup cepat dan berjalan
dengan sendirinya. Biasanya didapat dengan cepat tanpa melalui proses yang
panjang tanpa disadari. Dalam pendekatan ini tidak terdapat hal yang sistemik.
3. Prasangka
Pengetahuan
yang dicapai secara akal sehat biasanya diikuti dengan kepentingan orang yang
melakukannya kemudian membuat orang mengumumkan hal yang khusus menjadi terlalu
luas. Dan menyebabkan akal sehat ini berubah menjadi sebuah prasangka.
4. Penemuan coba-coba
Pengetahuan
yang ditemukan dengan pendekatan ini tidak terkontrol dan tidak pasti. Diawali
dengan usaha coba-coba atau dapat dikatakan trial and error. Dilakukan dengan tidak kesengajaan yang
menghasilkan sebuah pengetahuan dan setiap cara pemecahan masalahnya tidak
selalu sama. Sebagai contoh seorang anak yang mencoba meraba-raba dinding
kemudian tidak sengaja menekan saklar lampu dan lampu itu menyala kemudian anak
tersebut terperangah akan hal yang ditemukannya. Dan anak tersebut pun
mengulangi hal yang tadi ia lakukan hingga ia mendapatkan jawaban yang pasti
akan hal tersebut.
5. Pikiran Kritis
Pikiran kritis ini biasa didapat dari orang yang sudah
mengenyam pendidikan formal yang tinggi sehingga banyak dipercaya benar oleh
orang lain, walaupun tidak semuanya benar karena pendapat tersebut tidak
semuanya melalui percobaan yang pasti, terkadang pendapatnya hanya didapatkan
melalui pikiran yang logis.
Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah adalah pengetahuan yang didapatkan
melalui percobaan yang terstruktur dan dikontrol oleh data-data empiris.
Percobaan ini dibangun diatas teori-teori terdahulu sehingga ditemukan
pembenaran-pembenaran atau perbaikan-perbaikan atas teori sebelumnya. Dan dapat
diuji kembali oleh siapa saja yang ingin memastikan kebenarannya.
Ilmu pengetahuan dianggap Alamiah apabila memenuhi 4 syarat yaitu:
·
Objektif
Pengetahuan itu sesuai dengan Objek
Pengetahuan itu sesuai dengan Objek
·
Metodik
Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol
Pengetahuan itu diperoleh dengan cara2 tertentu dan terkontrol
·
Sistematis
Pengetahuan ilmiah itu tersusundalam suatu system, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
Pengetahuan ilmiah itu tersusundalam suatu system, tidak berdiri sendiri satu sama lain saling berkaitan ,saling menjelaskan,sehingga keseluruhan menjadi kesatuan yg utuh.
·
Berlaku Umum/ Universal
Pengetahuan tidak hanya
diamati hanya oleh seseorang atau oleh beberapa orang saja, tapi semua org
dengan eksperimentasi yg sama akan menghasilkan sesuatu yg sama atau konsisten.
Menurut Notoatmodjo (2005)
dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1.
Cara
tradisional untuk memperoleh pengetahuan
Cara kuno atau tradisional
ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan kebenaran pengetahuan, sebelum
ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis.
Cara-cara ini antara lain:
a)
Cara
coba-coba (Trial and Error)
Melalui
cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and
error ”. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba
kemungkinan yang lain.
b)
Cara
kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan
yang diperoleh berdasarkan pada otoritas ataukekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
c)
Berdasarkan
pengalaman pribadi
Dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperolehdalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa yanglalu.
d)
Melalui
jalan pikiran
Kemampuan
manusia menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia menggunakan jalan pikirannya.
2.
Cara
modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara
ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut
metodologi penelitian (research methodology). Menurut Deobold van Dalen,
mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan pengamatan dilakukan dengan
mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua
fakta sehubungan dengan objek yang diamati. Pencatatan ini mencakup tiga hal
pokok, yaitu:
a.
Segala
sesuatu yang positif, yakni gejala yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.
b.
Segala
sesuatu yang negative, yakni gejala tertentu yang tidakmuncul pada saat
dilakukan pengamatan.
c.
Gejala-gejala
yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada
kondisi-kondisi tertentu.
Menurut Charles Price ada 4 macam cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu:
1.
Percaya
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
Seseorang akan mendapat pengatahuan karena ia percaya pada hal tersebut adalah benar.
2.
Wibawa
Sesuat akan dianggap benar,apabila seseorang yang berwibawa menyatakan benar
Sesuat akan dianggap benar,apabila seseorang yang berwibawa menyatakan benar
3.
Apriori
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
Merupakan suatu keyakinan/pendirian/anggapan sebelum mengetahuai (melihat,mendengar,menyelidiki) keadaan tertentu.
4.
Metode
Ilmiah
Seseuau dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah.
Seseuau dianggap ilmiah apa bila memiliki patokan yg merupakan rambu2 untuk menentukan benar atau salah.
D. Sumber Pengetahuan
Sumber dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagaia asal. Sebagai contoh
sumber mata air, berarti asal dari air yang berada di mata air itu. Dengan
demikian sumber ilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang
diperoleh manusia. Jika membicarakan masalah asal, maka pengetahuan dan ilmu
pengetahuan tidak dibedakan, karena dalam sumber pengetahuan juga terdapat
sumber ilmu pengetahuan.
Dr. Mulyadi Kartanegara mendefinisikan sumber
pengetahuan adalah alat atau sesuatu darimana manusia bisa memperoleh informasi
tentang objek ilmu yang berbeda-beda sifat dasarnya. Karena sumber pengetahuan
adalah alat, maka Ia menyebut indera, akal
dan hati sebagai sumber pengetahuan.
Amsal Bakhtiar berpendapat tidak jauh
berbeda. Menurutnya sumber pengetahuan merupakan alat untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Dengan istilah yang berbeda ia menyebutkan empat macam sumber
pengetahuan, yaitu: emperisme, rasionalisme, intuisi dan wahyu. Begitu juga
dengan Jujun Surya Sumantri, ia menyebutkan empat sumber pengetahuan tersebut.
Sedangkan John Hospers dalam bukunya yang
berjudul An Intruction to Filosofical Analysis, sebagaimana yang dikutip oleh
Surajiyo menyebutkan beberapa alat untuk memperoleh pengetahuan, antara lain:
pengalaman indera, nalar, otoritas, intuisi, wahyu dan keyakinan. Sedangkan
Amin Abdullah menyebutkan dua aliran besar, idealisme dan imperisme.
Dari pemaparan di atas, penulis lebih condong
kepada pendapat Mulyadi Kertanegara yang menyebutkan indra, akal dan hati
sebagai sumber pengetahuan. Hanya saja ketiga sumber tersebut perlu ditambah
dengan intuisi dan wahyu. Pengetahuan yang diperoleh intuisi berbeda dengan
pengetahuan yang diperoleh hati. Intiusi bagi para filsofi barat lebih dipahami
sebagai pengembangan insting yang dapat memperoleh pengetahuan secara langsung
dan bersifat mutlak.
Berikut adalah uraian sumber pengetahuan
yang terdiri dari empirisme (indera),
rasionalisme (akal), intuisionisme (intuisi), ilmunasionalisme (hati), dan
wahyu.
1.
Empirisme (indera)
John Locke (1632-1704), mengemukakan teori
tabula rasa yang menyatakan bahwa pada awalnya manusia tidak tahu apa-apa.
Seperti kertas putih yang belum ternoda. Pengalaman inderawinya mengisi catatan
harian jiwanya hingga menjadi pengetahuan yang sederhana sampai begitu kompleks
dan menjadi pengetahuan yang cukup berarti.
Selain John Locke, ada juga David Hume
(1711-1776) yang mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya belum membawa
pengetahuan apa-apa. Manusia mendapatkan pengetahuan melalui pengamatannya yang
memberikan dua hal, kesan (impression) dan pengertian atau ide (idea). Kesan
adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman. Seperti merasakan
sakitnya tangan yang terbakar. Sedangkan ide adalah gambaran tentang pengamatan
yang dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan
yang diterima dari pengalaman.
Gejala alam, menurut aliran ini bersifat
konkret, dapat dinyatakan dengan panca indera dan mempunyai karakteristik
dengan pola keteraturan mengenai suatu kejadian.seperti langit yang mendung
yang biasanya diikuti oleh hujan, logam yang dipanaskan akan memanjang.
Berdasarkan teori ini akal hanya berfungsi sebagai pengelola konsep gagasan
inderawi dengan menyusun konsep tersebut atau membagi-baginya. Akal juga
sebagai tempat penampungan yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan
tersebut. Akal berfungsi untuk memastikan hubungan urutan-urutan peristiwa tersebut.
Dengan kata lain, empirisme menjadikan
pengalaman inderawi sebagai sumber pengetahuan. Sesuatu yang tidak diamati
dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Walaupun demikian, ternyata indera
mempunyai beberapa kelemahan, antara lain; pertama, keterbatasan indera.
Seperti kasus semakin jauh objek semakin kecil ia penampakannya. Kasus tersebut
tidak menunjukkan bahwa objek tersebut mengecil, atau kecil. Kedua, indera
menipu. Penipuan indera terdapat pada orang yang sakit. Misalnya. Penderita
malaria merasakan gula yang manis, terasa pahit dan udara yang panas dirasakan
dingin. Ketiga, objek yang menipu, seperti pada ilusi dan fatamorgana. Keempat,
objek dan indera yang menipu. Penglihatan kita kepada kerbau, atau gajah. Jika
kita memandang keduanya dari depan, yang kita lihat adalah kepalanya, sedangkan
ekornya tidak kelihatan. dan kedua
binatang itu sendiri tidak bisa menunjukkan seluruh tubuhnya. Kelemahan-kelemahan
pengalaman indera sebagai sumber pengetahuan, maka lahirlah sumber kedua, yaitu
Rasionalisme.
2.
Rasionalisme (akal)
Rene Descartes (1596-1650), dipandang sebagai
bapak rasionalisme. Rasionalisme tidak menganggap pengalaman indera (empiris)
sebagai sumber pengetahuan, tetapi akal (rasio). Kelemahan-kelemahan pada
pengalaman empiris dapat dikoreksi seandainya akal digunakan. Rasionalisme
tidak mengingkari penggunaan indera dalam memperoleh pengetahuan, tetapi indera
hanyalah sebagai perangsang agar akal berfikir dan menemukan kebenaran/
pengetahuan.
Akal mengatur data-data yang dikirim oleh
indera, mengolahnya dan menyusunnya hingga menjadi pengetahuan yang benar.
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep rasional atau ide-ide universal.
Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal dan
merupakan abstraksi dari benda-benda konkret. Selain menghasilkan pengetahuan
dari bahan-bahan yang dikirim indera, akal juga mampu menghasilkan pengetahuan
tanpa melalui indera, yaitu pengetahuan yang bersifat abstrak. Seperti
pengetahuan tentang hukum/ aturan yang menanam jeruk selalu berbuah jeruk.
Hukum ini ada dan logis tetapi tidak empiris.
Meski rasionalisme mengkritik emprisme dengan
pengalaman inderanya, rasionalisme
dengan akalnya pun tak lepas dari kritik. Kelemahan yang terdapat pada akal.
Akal tidak dapat mengetahui secara menyeluruh (universal) objek yang
dihadapinya. Pengetahuan akal adalah pengetahuan parsial, sebab akal hanya
dapat memahami suatu objek bila ia memikirkannya dan akal hanya memahami
bagian-bagian tertentu dari objek tersebut.
Kelemahan yang dimiliki oleh empirisme dan
rasionalisme disempurnakan sehingga melahirkan teori positivisme yang
dipelopori oleh August Comte (1798-1857) dan Iammanuel Kant (1724-1804), Ia
telah melahirkan metode ilmiah yang menjadi dasar kegiatan ilmiah dan telah
menyumbangkan jasanya kepada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut pahan ini indera sangat penting untuk memperoleh ilmu pengetahuan,
tetapi indera harus dipertajam dengan eksperimen yang menggunakan ukuran pasti.
Misalnya panas diukur dengan derajat panas, berat diukur dengan timbangan dan
jauh dengan meteran.
3.
Intusionisme (intuisi)
Kritik paling tajam terhadap empirisme dan rasionalisme di lontarkan
oleh Hendry Bergson (1859-1941). Menurutnya bukan hanya indera yang terbatas,
akalpun mempunyai keterbatasan juga. Objek yang ditangkap oleh indera dan akal
hanya dapat memahami suatu objek bila mengonsentrasikan akalnya pada objek
tersebut. Dengan memahami keterbatasan indera, akal serta objeknya, Bergson
mengembangkan suatu kemampuan tingkat tinggi yang dinamakannya intuisi.
Kemampuan inilah yang dapat memahami suatu objek secara utuh, tetap dan
menyeluruh. Untuk memperoleh intuisi yang tinggi, manusia pun harus berusaha
melalui pemikiran dan perenungan yang konsisten terhadap suatu objek.
Lebih lanjut Bergson menyatakan bahwa
pengetahuan intuisi bersifat mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi
mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis. Intuisi dan analisa bisa bekerja
sama dan saling membantu dalam menemukan kebenaran. Namun intuisi sendiri tidak
dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan.
Salah satu contohnya adalah pembahasan
tentang keadilan. Apa adil itu? Pengertian adil akan berbeda tergantung akal
manusia yang memahami. Adil bisa muncul dari si terhukum, keluarga terhukum,
hakim dan dari jaksa. Adil mempunyai banyak definisi. Disinilah intuisi
berperan. Menurut aliran ini intuisilah yang dapat mengetahui kebenaran secara
utuh dan tetap.
4. Illuminasionisme (hati)
Paham ini mirip dengan intuisi tetapi
mempunyai perbedaan dalam metodologinya. Intuisi diperoleh melalui perenungan
dan pemikiran yang mendalam, tetapi dalam illuminasi diperoleh melalui hati.
Secara lebih umum illiminasi banyak berkembang dikalangan agamawan dan dalam
Islam dikenal dengan teori kasyf yaitu teori yang mengatakan bahwa manusia yang
hatinya telah bersih mampu menerima pengetahuan dari Tuhan. Kemampuan menerima
pengetahuan secara langsung ini, diperoleh melalui latihan spiritual yang dikenal
dengan suluk atau riyadhah. Lebih khusus lagi, metode ini diajarkan dalam
thariqat. Pengetahuan yang diperoleh melalui illuminasi melampaui pengetahuan
indera dan akal. Bahkan sampai pada kemampuan melihat Tuhan, syurga, neraka dan
alam ghaib lainnya.
Di dalam ajaran Tasawuf, diperoleh pemahaman
bahwa unsur Ilahiyah yang terdapat pada manusia ditutupi (hijab) oleh hal-hal
material dan hawa nafsunya. Jika kedua hal ini dapat dilepaskan, maka kemampuan
Ilahiyah itu akan berkembang sehingga mampu menangkap objek-objek ghaib.
5. Wahyu (agama)
Wahyu sebagai sumber pengetahuan juga
berkembang dikalangan agamawan. Wahyu adalah pengetahuan agama disampaikan oleh
Allah kepada manusia lewat perantara para nabi yang memperoleh pegetahuan tanpa
mengusahakannnya. Pengetahuan ini terjadi karena kehendak Tuhan. Hanya para
nabilah yang mendapat wahyu.
Wahyu Allah berisikan pengetahuan yang baik
mengenai kehidupan manusia itu sendiri, alam semesta dan juga pengetahuan
transendental, seperti latar belakang dan tujuan penciptaan manusia, alam
semesta dan kehidupan di akhitar nanti. Pengetahuan wahyu lebih banyak
menekankan pada kepercayaan yang merupakan sifat dasar dari agama.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari
pembahasan di atas, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Ilmu pengetahuan
adalah pengetahuan tentang suatu objek yang diperoleh dengan metode ilmiah
dengan mengikuti prinsip-prinsip ilmiah dan disusun secara sistematis sebagai
sebuah kebenaran.
2. Sumber ilmu
pengetahuan terdiri dari empirisme, rasonalisme, intuisionisme,
illuminasionisme dan wahyu.
3. Ilmu pengetahuan diperoleh melalui metode
ilmiah yang terdiri dari perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir,
perumusan hipotesis, pengumpulan data/ informasi dan penarikan kesimpulan
melalui pengujian hipotesis.
DAFTAR
PUSTAKA
Suriasumantri,
Jujun. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Muhammad
Surip, Spd.M.Si.,Dra, Mursini, M.Pd. 2010. Filsafat
Ilmu. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
Prof.
Dr. Amsal Bakhtiar, M.A. 2011. Filsafat
Ilmu. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada
Prof.
Dr. Syafaruddin, M.Pd.,2010. Filsafat
Ilmu.Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar