BAB I
INDIVIDU, KELUARGA, MASYARAKAT, DAN
INTERAKSI SOSIAL
A.
INDIVIDU
1. PENGERTIAN INDIVIDU
Individu
berasal dari kata latin, “individuum” yang artinya tak terbagi. Kata individu merupakan
sebutan yang dapat untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan
terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai keseluruhan yang tak
dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.
Individu
adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam
lingkungan sosialnya, memalainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah
laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi
terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan
aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa akibat
pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya
ada 3 kemungkinan: pertama menyimpang dari norma kolektif kehilangan
individualitasnya, kedua takluk terhadap kolektif, dan ketiga memengaruhi
masyarakat (Hartomo, 2004: 64).
Individu
tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyrakat yng menjadi latar
belakang keberadaanya. Individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya
untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang
sesuai dengan perilaku yang telah ada pada dirinya.
Manusia
sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang
sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya memerlukan
lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak semua lingkungan
menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada kalanya menjadi
penghambat proses pembentukan pribadi.
Individu
terdiri atas dua dimensi, yaitu fisik dan psikis. Sikap perbuatan, emosi, dan
sebagainya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini. Tiap dimensi
pada dasarnya mempunyai potensi lahiriah dan potensi batiniah. Potensi lahiriah
yang mengacu pada potensi fisik dapat berubah gerakan anggota badan, panca
indra, dan lain-lain, sedangkan potensi batiniah mengacu potensi psikis dapat
berubah inteligensi, emosi, dan lain-lain.
Individu
menurut konsep Sosiologi berarti manusia yang hidup berdiri sendiri. Individu
sebagai mahkluk ciptaan Tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh
kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
1. Raga,
merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan antara individu
yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama
2. Rasa,
merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda-benda
isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan.
3. Rasio
atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri,
mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan merupakan
alat untuk mencerna apa yang diterima oleh panca indera.
4. Rukun atau pergaulan hidup, merupakan
bentuk sosialisasi dengan manusia yang hidup berdampingan satu sama lain
secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun inilah yang dapat membantu
manusia untuk membentuk suatu kelompok social yang sering disebut masyarakat
B.
KELUARGA
1.PENGERTIAN
KELUARGA
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula
berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota".
Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih
memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah
individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban,
tanggung jawab di antara individu tersebut.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Di
dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan
atau pengangkatan, dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan
suatu kebudayaan.
Ilmu Sosial
mendeskripsikannya sebagai:”satuan sosial terkecil (yang dimiliki manusia
sebagai makhluk sosial), yang ditandai oleh adanya kerja sama di bidang
ekonomi’.Keluarga juga disebut kelompok pertama (primary group),
karena setiap keluarga akan melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk
kepribadian dan sikap, serta perilaku.
2. TIPE KELUARGA
Ada beberapa tipe keluarga yakni keluarga inti yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau
anak-anak, keluarga konjugal yang terdiri dari
pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi
dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orang tua. Selain itu terdapat
juga keluarga luas yang ditarik atas
dasar garis keturunan di atas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi
hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek, dan keluarga nenek.
3. PERANAN KELUARGA
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam
posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
- Peranan
Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
- Peranan
Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
- Peran
Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Dalam keluarga peran orangtua merupakan hal terpenting saat
pertama kali manusia lahir dan diperkenalkan untuk berinteraksi. Arti
pentingnya terletak pada pentingnya kemampuan yang harus diajarkan kepada anak.
Seorang bayi, belajar berbicara dengan keluarganya melalui penglihatan,
pendengaran dan panca indera lainnya termasuk sentuhan fisik. Misalnya orangtua
berbicara pada anak bayinya, orangtua menunjukkan sesuatu misalnya mainan,
orangtua mencium dan memberikan kasih sayang melalui sentuhan fisik.
4.FUNGSI
KELUARGA
Ada
beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
- Fungsi
Pendidikan. Dalam hal ini tugas keluarga adalah mendidik dan menyekolahkan
anak untuk mempersiapkan kedewasaan dan masa depan anak bila kelak dewasa.
- Fungsi
Sosialisasi anak. Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah
bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang
baik.
- Fungsi
Perlindungan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah melindungi anak dari
tindakan-tindakan yang tidak baik sehingga anggota keluarga merasa
terlindung dan merasa aman.
- Fungsi
Perasaan. Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga
saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam
keluarga.
- Fungsi
Religius. Tugas keluarga dalam fungsi ini adalah memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan
tugas kepala keluarga untuk menanamkan keyakinan bahwa ada keyakinan lain
yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
- Fungsi
Ekonomis. Tugas kepala keluarga dalam hal ini adalah mencari sumber-sumber
kehidupan dalam memenuhi fungsi-fungsi keluarga yang lain, kepala keluarga
bekerja untuk mencari penghasilan, mengatur penghasilan itu, sedemikian
rupa sehingga dapat memenuhi rkebutuhan-kebutuhan keluarga.
- Fungsi
Rekreatif. Tugas keluarga dalam fungsi rekreasi ini tidak harus selalu
pergi ke tempat rekreasi, tetapi yang penting bagaimana menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam keluarga sehingga dapat dilakukan di rumah
dengan cara nonton TV bersama, bercerita tentang pengalaman masing-masing,
dsb.
- Fungsi
Biologis. Tugas keluarga yang utama dalam hal ini adalah untuk meneruskan
keturunan sebagai generasi penerus.
- Memberikan
kasih sayang,perhatian,dan rasa aman diaantara keluarga, serta membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
Pada kehidupan keluarga saat ini ditunjang juga dengan
adanya norma-norma kehidupan yang berlaku pada setiap daerah yang mereka huni.
Norma-norma tersebut mengatur gaya hidup manusia agar tetap selalu berada dalam
kebudayaan yang mereka miliki. Jika norma tersebut dilanggar ada suatu sanksi
yang harus diterima oleh manusia tersebut baik secara fisik maupun mental.
C. MASYARAKAT
1.PENGERTIAN MASYARAKAT
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial,
atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah “society” , sedangkan masyarakat itu
sendiri berasal dari bahasa Arab “Syakara”
yang berarti ikut serta atau
partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.
Masyarakat adalah suatu
kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat
istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Ada beberapa pengertian
masyarakat :
a. Menurut Selo Sumarjan
(1974) masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama yang
menghasilkan kebudayaan
menghasilkan kebudayaan
b. Menurut Koentjaraningrat
(1994) masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang
sama.
c. Menurut Ralph Linton
(1968) masyarakat adalah
setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif
lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka
menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
d. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu
struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat
adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
e. Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan
suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
f. Menurut Paul B. Horton &
C. Hunt, masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri,
hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah
tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di
dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.
2. TINGKATAN-TINGKATAN
MASYARAKAT
Masyarakat
adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.
Tatanan kehidupan,
norma-norma yang mereka miliki itulah yang dapat menjadi dasar kehidupan sosial
dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang
memiliki ciri-ciri kehidupan yang khas.
Menilik kenyataan di lapangan,suatu
kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa. Bisa juga berlatar belakang
suku. Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu masyarakat, dapat digolongkan
menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern).
- Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitif) pola
pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja
berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari kelemahan
dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi
tantangan alam yang buaspada saat itu. Kaum pria melakukan pekerjaan yang
berat-berat seperti berburu, menangkap ikan di laut, menebang pohon,
berladang dan berternak. Sedangkan kaum wanita melakuakan pekerjaann yang
ringan-ringan seperti mengurus rumah tangga, menyusui dan mengasuh
anak-anak ,merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam.
- Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial,
atau lebih dikenal dengan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh
dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan
dicapai.
Organisasi kemasyarakatan tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan terbatas sampai pada cakupan nasional, regional maupun
internasional.
Dalam
lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan sebagai kelompok masyarakat non
industri dan masyarakat industri.
1)
Masyarakat Non Industri
Secara garis besar, kelompok
nasional atau organisasi kemasyarakatan non industri dapat digolongkan menjadi
dua golongan yaitu :
a. Kelompok primer
Dalam kelompok primer, interaksi
antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer
ini juga disebut kelompok “face to face group”, sebab para anggota sering
berdialog bertatap muka. Sifat interaksi dalam kelompok primer bercorak
kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja dan tugas pada
kelompok menenerima serta menjalankannya tidak secara paksa, namun berdasarkan
kesadaran dan tanggung jawab para anggota secara sukarela.
Contoh-contohnya : keluarga,
rukun tetangga, kelompok agama, kelompok belajar dan lain-lain.
b. Kelompok sekunder
Antaran anggota kelompok
sekunder, terpaut saling hubungan tak langsung, formal, juga kurang bersifat
kekeluargaan. Oleh karena itu sifat interaksi, pembagian kerja, antaranggota
kelompok diatur atas dasar pertimbangan-pertimbangan rasiomnal dan objektif.
Para anggota menerima pembagian
kerja/tugas berdasarkan kemampuan dan keahlian tertentu, disamping itu dituntut
pula dedikasi. Hal-hal tersebut dibutuhkan untuk mencapai target dan tujuan
tertentu yang telah di flot dalam program-program yang telah sama-sama
disepakati. Contohnya: partai politik, perhimpunan serikat kerja/buruh,
organisasi profesi dan sebagainya. Kelompok sekunder dapat dibagi
dua yaitu : kelompok resmi (formal group) dan kelompok tidak resmi (informal
group). Inti perbedaan yang terjadi adalah kelompok tidak resmi tidak berststus
resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART) seperti lazim berlaku pada kelompok resmi.
2)
Masyarakat Industri
Durkheim mempergunakan variasi
pembagian kerja sebagi dasar untuk mengklarifikasikan masyarakat, sesuai dengan
taraf perkembangannya, tetapi ia lebih cenderung memergunakan dua taraf
klarifikasi, yaitu sederhana dan yang kompleks. Masyarakat yang berada di
antara keduanya daiabaikan (Soerjono Soekanto, 1982 :190).
Jika pembagian kerja bertambah
kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat bertambah tinggi. Solidaritas
didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompok-kelompok
masyarakat yang telah mengenal pengkhususan. Otonomi sejenis juga menjadi cirri
dari bagian/kelompok-kelompok masyarakat industri dan diartikan dengan
kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada
batas-batas tertentu.
Laju pertumbuhan industri-industri
berakibat memisahkan pekerja dengan majikan menjadi lebih nyata dan timbul
konflik-konflik yang tak terhindarkan, kaum pekerja membuat
serikat-serikat kerja/serikat buruh yang diawali perjuangan untuk memperbaiki
kondisi kerja dan upah. Terlebih setelah kaum industralis mengganti tenaga
manusia dengan mesin.
D. HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, KELUARGA,
MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN
Aspek
individu, keluarga, masyarakat dan kebudayaan adalah aspek-aspek sosial yang
tidak bisa dipisahkan. Keempatnya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Tidak
akan pernah ada keluarga, masyarakat maupun kebudayaan apabila tidak ada
individu. Sementara di pihak lain untuk mengembangkan eksistensinya sebagai
manusia, maka individu membutuhkan keluarga dan masyarakat, yaitu media di mana
individu dapat mengekspresikan aspek sosialnya. Di samping itu, individu juga
membutuhkan kebudayaan yakni wahana bagi individu untuk mengembangkan dan
mencapai potensinya sebagai manusia.
Lingkungan
sosial yang pertama kali dijumpai individu dalam hidupnya adalah lingkungan
keluarga. Di dalam keluargalah individu mengembangkan kapasitas pribadinya. Di
samping itu, melalui keluarga pula individu bersentuhan dengan berbagai gejala
sosial dalam rangka mengembangkan kapasitasnya sebagai anggota keluarga.
Sementara itu, masyarakat merupakan lingkungan sosial individu yang lebih luas.
Di dalam masyarakat, individu mengejewantahkan apa-apa yang sudah dipelajari
dari keluarganya. Mengenai hubungan antara individu dan masyarakat ini,
terdapat berbagai pendapat tentang mana yang lebih dominan. Pendapat-pendapat
tersebut diwakili oleh Spencer, Pareto, Ward, Comte, Durkheim, Summer, dan
Weber. Individu belum bisa dikatakan sebagai individu apabila dia belum
dibudayakan. Artinya hanya individu yang mampu mengembangkan potensinya sebagai
individulah yang bisa disebut individu. Untuk mengembangkan potensi
kemanusiaannya ini atau untuk menjadi berbudaya dibutuhkan media keluarga dan
masyarakat.
Individu
barulah dikatakan sebagai individu apabila pada perilakunya yang khas dirinya
itu diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat.
Satuan-satuan lingkungan sosial yang mengelilingi individu terdiri dari
keluarga, lembaga, komunitas dan masyarakat.
1.
Hubungan individu dengan keluarga
Individu
memiliki hubungan yang erat dengan keluarga, yaitu dengan ayah, ibu, kakek,
nenek, paman, bibi, kakak, dan adik. Hubungan ini dapat dilandasi oleh nilai,
norma dan aturan yang melekat pada keluarga yang bersangkutan. Dengan
adanya hubungan keluarga ini, individu pada akhirnya memiliki hak dan kewajiban
yang melekat pada dirinya dalam keluarga.
2.
Hubungan individu dengan lembaga
Lembaga
diartikan sebagai sekumpulan norma yang secara terus-menerus dilakukan oleh
manusia karena norma-norma itu memberikan keuntungan bagi mereka.
Individu
memiliki hubungan yang saling mempengaruhi dengan lembaga yang ada disekelilingnya.
Lingkungan pekerjaan dapat membentuk individu dalam membentuk kepribadian.
Keindividuan dalam lingkungan pekerjaan dapat berperan sebagai direktur, ketua dan
sebagainya. Jika individu bekerja, ia akan dipengaruhi oleh lingkungan
pekerjaannya.
3.
Hubungan individu dengan komunitas
Komunitas
dapat diartikan sebagai satuan kebersamaan hidup sejumlah orang banyak yang
memiliki teritorial terbatas, memiliki kesamaan terhadap menyukai sesuatu hal
dan keorganisasian tata kehidupan bersama.
Komunitas
mencakup individu, keluarga dan lembaga yang saling berhubungan secara
independen.
4.
Hubungan individu dengan masyarakat
Hubungan
individu dengan masyarakat terletak dalam sikap saling menjungjung hak dan
kewajiban manusia sebagai individu dan manusia sebagai makhluk sosial. Mana
yang menjadi hak individu dan hak masyarakat hendaknya diketahui dengan
mendahulukan hak masyarakat daripada hak individu. Gotong royong adalah hak
masyarakat, sedangkan rekreasi dengan keluarga, hiburan, shopping adalah hak
individu yang semestinya lebih mengutamakan hak masyarakat.
BAB II
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap
individu, keluarga dan masyarakat memiliki relasi atau hubungan yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Hubungan yang dilandasi oleh nilai, norma
dan aturan-aturan diantara komponen-komponen tersebut.
Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu
keluarga dan masyrakat yang menjadi latar belakang keberadaanya. Begitupun
sebaliknya, individu berusaha mengambil jarak dan memproses dirinya untuk
membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai
dengan perilaku yang telah ada pada dirinya. Dan barulah dikatakan sebagai
individu jika individu bisa membaur dengan lingkungan sosialnya yaitu
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu,
Ramdani, M.Ag.,M.Si. ISD (Ilmu Sosial
Dasar). Pustaka Setia. Bandung : 2007
Soelaeman,
M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar Teori dan
Konsep Ilmu Sosial. Refika Aditama. Bandung : 2004
Mawardi,Drs.,
Nur Hidayati, Ir., IAD IBD ISD.
Pustaka setia. Bandung : 2009
H.
Abu Ahmadi., Drs., dkk, Ilmu Sosial Dasar,
Rineka Cipta, Jakarta, 1991
www.google.com.
Pengertian masyarakat. Website: Universitas Guna Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar