BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran
filsafat atau pembahasan masalah filsafat
secara spekulatif rasional, dan tidak
irrasional dogmatis. Filsafat Yunani
klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat
secara sistematis dan lengkap dan juga
berlaku samapai sekarang.
Sejarah
fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok
filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat.Mempelajari sejarah filsafat juga menyadarkan kita
bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh sebab itu waktu
dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai sekarang.
Sejarah
filsafat menyadarkan kita
bahwa setiap teori ada kelemahannya
dan ada kebaikannya,
karena itu menuntut adanya kerja sama
antara sesama pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give),
dalam rangka kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
FILSAFAT YUNANI
Filsafat
yunani amatlah besar peranan dan pengaruhnya terhadap falsafah yang ada pada umumnya sekarang
menguasai dunia ini. Pengaruhnya ini pada dasarnya tidaklah baik. Sebabnya oleh
karena masyarakat sekarang ini adalah meruupakan perjuangan hidup dan ini diakibatkan oleh filsafat yang
menjadi dasar dari masyarakat itu.
Berfalsafah sebenarnya adalah
bertindak, yaitu bertindak dengan mempergunakan rasio sebagai alat.
Sebelum bertindak dalam kenyataan, manusia itu terlebih dahulu memikirkan baik buruk dari tindakannya itu. Dan itu telah merupakan
falasafah. Maka
baik buruk tindakan itu akan ditentukan oleh nilai buruk
baik filsafat yang dianut oleh manusia itu.
Dan
masyarakat itu adalah penuh diisi oleh
dan berisikan tindakan manusia, sebagai tindakan manusia dalam kenyataan. Oleh sebab itu baik
buruk nilai masyarakat adalah ditentukan oleh buruk baik
falsafah yang dipakai oleh manusia itu. Jika Moral masyarakat itu rendah, maka
yang demikian itu adalah disebabkan
filsafat yang dianut oleh manusia itu. Oleh karena itu falsafah Yunani itu
bertanggung jawab juga atas adanya masyarakat itu, dan menententukan tindakanyang diperbuatan manusia didalam masyarakat
antara sesama. Dan
tiap-tiap tindakan dan perbuatan itu tentulah dari pemikiran, perhitungan
tentang buruk baiknya sesuatu tindakan dan perbuatan.
Dasar
dari pemikiran adalah falsfah yang dianut atau mempengaruh pemikiran manusia
itu. Jelaslah betapa pentingnya peranan
falsafah itu dalam perhubungan antara manusia. Pokoknya ialah, akan
bergaulkah manusia itu sesamanya, atau akan bermusuh-musuhkah.
Dikatakan
diatas, bahwa masyarakat dewasa ini adalah merupakan perjuangan hidup, dimana
seseorang mencurigai, malahan menganggap orang lain itu musuh. Dan juga telah
dinyatakan diatas, bahwa filsafat yang padau mumnya menguasai dunia dewasa ini
adalah falsafah yang berdasarkan atas
dan bersumberkan falsafah Yunani.
Pada umumnya orang-orang Yunani sebelum abad VI S.M. masih mempercayai
dongeng-dongeng atau mythos. Segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu
kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu logos (akal) tidak bicara.
Segala sesuatunya harus diyakini dengan iman.[1]
Sekitar abad VI SM. Mulai muncul para pemikir yang tidak puas dengan
segala dongeng-dongeng tersebut. Mereka menginginkan jawaban yang dapat
diterima akal atas segala misteri yang ada di alam semesta ini. Ini adalah awal
kebangkitan pemikiran filsafat Yunani, dimana orang-orang mulai mencari
kebenaran dengan menggunakan logos dan mulai meninggalkan mythos. Dengan adanya
kebebasan mimbar, pemikiran filsafat tumbuh subr di Yunani[2].
Pada saat itu orang-orang Yunani sangat menghargai berpikir dan menyampaikan
buah pikirnya. Mereka berpikir secara murni, mereka berpikir karena mereka
senang berpikir, senang mencari tahu akan hakikat sesuatu. Jadi mereka berpikir
bukan karena dibebani tujuan praktis demi penerapan apa yang ingin mereka
ketahui dan juga bukan atas perintah raja.Pada saat itu mereka sudah kenal dan
menganut demokrasi (demos mempunyai kratos; rakyat mempunyai kekuasaan).[3]
Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah
kota perantauan Yunai yang terletak di pesisir Asia kecil. Mereka kagum pada
alam yang penuh nuansa dan ritme dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada
di belakang semua misteri itu. Mereka itu disebut para Fisuf alam, sebab perhatian mereka terutama pada gejala-gejala
alam, bukan pada manusia. Mereka mencari arche
(asas pertama) yang asal mula dari segala yang ada.
_ Thales (_+ 625-545 S.M )
_Anaximander (_+ 610-540 S.M)
Anaximes (_+ 538-480 S.M)[4]
2.2 FILSAFAT YUNANI KLASIK (KUNO)
Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak
terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata benar dengan timbulnya Filosofi Klasik
Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran sofisme mulai mengubah pandangan kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan
dan berkemauan. Tetapi sofime terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif,
relatif dan skeptis. Sebab itu tak mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan
yang bulat. Sofisme tak lebih dari masa pendahuluan ke zaman klasik.
Adapun latar belakang penentuan dijatuhkan pada Filsafat Yunani
Klasik, adalah sebagai berikut :
1.
Bahwa
filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau
pembahasan masalah filsafat secara spekluatif rasional, dan tidak irrasional
dogmatis.
2.
Bahwa
Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan pembahasan
maslah filsafat secara sitematis dan lengkap dan berlaku sampai sekarang.
3.
Bahwa
sesuai dengan butir pada dasarnya pemikir-pemikir filsafat saat ini merupakan
komentator filsafat Yunani klasik dan menyesuaian dasar-dasar pemikiran tokoh
Klasik dengan tuntutan zaman da perkembangan kebudayaan.
4.
Bahwa
Filsafat Yunani Klasik dan para tokohnya
merupakan bukti yang jelas, bahwa apabila kebebasan pemikiran manusia dijamin
akan menghasilkan sesuatu, termasuk ajaran filsafat, yang benar, baik dan
bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia yang manusiawi.
5.
Bahwa
filsafat Yunani Klasik yang agung itu menyadarkan kita yang lama tidak
selamanya itu salah dan jelek, bahkan menuntut kita untuk lebih cermat dan giat menciptakan
sesuatu lebih dari yang dilakukan mereka.
6.
Bahwa
berpikir
dan pemikiran filsafat tidak berada dalam kekosongan sosial, artinya berpikiran
dan pikiran filsafat kita diilhami, bersumber dan bermodalkan
informasi-informasi hasil pemikiran para ahli filsafat sebelum kita.[5]
Butir
(6) diatas dapat diartikan pula bahwa mustahil pemikiran filsafat timbul dan
berkembang di dalam tata susunan sosiokultural yang tidak mendukung ke arah
itu. Maka dari itu, pengajuan beberapa pendapat tentang dasar-dasar
sosiokultural masyarakat, bangsa atau negara Yunani mungkin akan diperoleh
manfaat daripadanya.
2. 3 PERIODISASI FILSAFAT YUNANI KLASIK.
Sistematis
periodisasi, masalah-masalah
yang dihadapi diajukan
mendahului pembahasan masing-masing
tokoh dan ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih jelas memberikan
gambaran umum tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih dianggap
sebagai induk dari cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang
perllu mendapatkan perhatian adalah pertama tentang penulisan tahun
perkembangan pemikiran atau ajaran dan penulisan nama-nama tokoh yang nampaknya
terdapat tidak keseragaman di antara sumber-sumber kepustakaan yang digunakan.[6]
Adapun
sistematika singkatan periodisasi tersebut dapat dilihat di bawah ini :
1. Periode
Pra-Sofis.
Mazhab Filafat Alam.
a. Thales
[7]
Filsafat Perubahan
Filsafat Eleat
g. Parmenides [13] Problema: Realisme dan
Idealisme
Teori Kualitatif
k. Anaxogoras [17] Problema: perubahan
Absolut atau Relatif
Teori Kuantitatif.
m. demokritos [19] Problema: Atom dengan
sifatnya, jumlahnya dan
gerakannya.
2. Periode
transisi dan Sofis[20]
n. Protagoras
o. Gorgias problema:
Nihilisme dan relativisme. Ilmu dan nilai
norma
p. Sokrates
q.
Plato Problema: Dualisme,
Monisme,idealisme,
r.
Aristoteles rasionalisme dan
realisme.
s. Aliran
Epicureans
t.
Aliran Stoa Problema:
Hedonisme Individual dan Utilitarianisme
u. Plotinus
v. St.
Augustinus
Suatu hal yang perlu dikemukakan dan
diberikan catatan khusus terhadap periode kelima yaitu filsafat agama, yaitu
pembahasan tentang terdapat tidaknya, dan seberapa jauh dapat dibenarkan dan masalah-masalah apa yang
ada kaitannya dengan hubungan antara filsafat dan agama. Permasalahan ini tidak
ada kesepakatan di antara para pengarang buku sumber yang digunakan, dua
diantaranya yaitu Radhakrishnan dan Thilly mengategorikan kedalam filsafat
Yunani Klasik,berhadapan dan harus dibedakan dengan aliran Skolastik dan Tomas
Aquinas pada abad Tengah dan dengan Filsafat Islam, Yaitu bangsa Moor Spanyol
yang diakui sebagai pewris langsung, dan pengulas atau komentator langsung dari
sumber karya asli filosof Yunani Klasik.
Zaman
klasik bermula dengan Sokrates. Tetapi sokrates belum sampai kepada suatu
sistim filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu ia baru
membuka jalan. Karena dialah tercapai apa yang dimuat sebagai moto pada
permulaan buku ini. Alam yang yang tak bertubuh diketahuilah sudah, dan mata
pikiran memandanglah ke dalam. Sokrates baru mencari kebenaran ia bellum
saampai menegakkan suatu sistim penegakan. Tujuannya terbatas hingga mencari
dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.
Sistem ajaran filosofi
klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran Sokrates
tentang pengetahuan dan etik beserta filosofi alam yang berkembang sebelum
Sokrates.
Plato
mencapai titik persatuan dalam Filosofi Grik yang selama itu menyatakan
perbedaan pandangan. Dengan itu terdapat untuk pertama kali dalam sejarah dunia
Barat, suatu sistim pandangan yang menyuluhi seluruhnya dari satu pokok.
Aristoteles meneruskan pokok pengertian Plato dan membangun suatu sistim
filosofi yang didalamnya terdapat tempat
tersendiri bagi berbagai ilmu spesial.
Buah
pikirn dan sistem
pengetahuan Plato dan Aristoteles menguasai alam pikiran orang Barat sampai
kira-kira dua ribu tahun lamanya. Itulah yang memberikan nama klasik kepada
filosofi mereka.
2. 4 SOKRATES
Sokrates
lahir di atena pada tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399 S.M. Bapaknya tukang
pembuat patung, ibunya bidan. Pada permulaannya Sokrates mau menuruti jejak
bapaknya menjadi tukang pembuat patung pula. Tetapi akhirnya ia berganti haluan. Dari membentuk batu jadi patung ia
membentuk watak manusia.
Tokoh
filosof ini adalah yang tertua diantara ketiganya, dan merupakan tokoh
marginal, orang perbatasan, dimana di saatu segi dapat di kategorikan ke dalam
kelompok kaum sofis tetapi dari sudut lain menentang golongan kaumnya sendiri.
Ambivalensi status intelektual ini dipersulit lahi kenyataan bahwa i tidak
menulis sesuatu karya apa pun, karen warisan alam pemikirannya hanya dapat
dipelajari melelui corong murid dan sekaligus rekannya Plato. Dalam setiap
pemabahasannya tentang problema yang sama dalam karya tulisnya.
AJARAN KAUM
SOFIS KLASIK YUNANI
1. Humasanisme
Man The measure of 11 things.
2. Skeptikisme
dan nihilisme dari Gorgias yang artinya tiap-tiap pendapat benar atau tidak ada
yang benar, Ex Nihilo nihil fit.
3. a.
There is nothing
b. Even is there were
something we could not know it
c. Even if exited and
we could know it, we could not communicate this knowledge o others.
4. Empirisme
adalah pandangan bahwa pengetahuan bersumber pada pengamatan (perception)
terhadap kenyataan individual yang berbeda-beda.
5. Tujuan
filsafat adalah menang dalam berdebat, bersilat lidah dengan menggunakan ilmu
retorika.
6. Filsafat
agama: Protagoras menyatkan bahwa Tuhan tiak tahu ada atau tidaknya. Masalah in amat sulit, sedang
umur amat pendek.
Masalah
pokok yang dihadapi kedua tokoh filsafat ini adalah masalah hubungan antara
kenyataan yang ‘perpectible” dengan yang “intelligible” atau antara yang “Many”
dengan yng “One” antara “thought” dengan yang “thing” yaitu antara konsep
dengan sensibilia, artinya hal-hal yang dapat diamati.
Usaha
Socrates untuk melepaskan diri dari ikatan kaum Sofis yang skepti bahkan
nihilitis itu, dan dalam rangka menyelesaikan permasalahan di atas, adalah ajaran utama dan
pertama yang berbunyi dalam rumusannya bahwa “knoeledge is virtues” artinya
pengertian adalah kebajikan. Postulat ini menuntut agar setiap tingkah
–laku akan diakui sebagai baik dan
bijaksana apabila didasrkan atas pengetahuan, atau kesadaran manusia yang melakukannya.
Secara tidak langsung bagi manusia pengetahuan dan perngertian yang baik itu
merupakan kenyataan yang dapat diperoleh dan manusia diberi kemampuan untuk
mencapai pengetahuan tersebut, dan yang akan menjadi dasar yang menentukan
tingkah-laku perbuatannya.
Pernyataan
di atas dapat pula berarti bahwa pengertian tentang sesuatu sudah menjamin
perbuatan yan sesuai dengan engertian tersebut, apdahal dalam kenyataannya
tidaklah demikian selamanya. Oleh sebab daya kemampuan intelektual manusia
bukan merupakan satu-satunya daya atau faktor yang menentukan tingkah laku
manusia. Apabila kita mengaku daya intelktual satu-satunya dan yang palinng
utama, maka apabila terjadi peristiwa ketidak serasian antara pengertian dan
perbuatan, maka hal ini karena kesalahan
atau perbedaan konsep pngertian atau mungkin sebagai akibat penngaruh
psikologis dan sosial, seperti perasaan, kemauan maupun kondisi sosial
tertentu. Postulat Sokrates di atas pada
dasarnya menyadarkan kepada kita bahwa berbuat salah tetapi tahu letak
kesalahannya lebih baik daripada berbuat baik tetapi tidak sadar akan
kebaikannya.
2. 5 PLATO
Plato
adalah satu-satunya filosof yang
berhasil membangun suatu sistim pemikiran filsafat yang integral yang terdiri
dari unsur-unsur ajaran filosof pendahulunya. Ia setuju dengan Anaxagoras dalam
hal ini bahwa pikiran adalah pengatur segala sesuatu, karena itu berbeda dengan
bahan atau benda, dengan Heraclitus ia peroleh ajaran bahwa dalam segala
sesuatu ada jamak dua prinsip dasar yang diperoleh Plato dari kaum Mazhab Elea,
bahwa Tuhan adalah Esa, dan bahwa dunia yang sebnarnya adalah tidak berubah,
dan bagi Plato dunia tersebut adalah dunia idea (eidos) bahwa Plato sependapat
dengan kaum Sofis bahwa pengetahuan adalah tidak mungkin, apabila hanya
terbatas pada yang menampak saja (sensibilia) dan dari Sokrates gurunya ia
memperoleh pengertian bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah dengan malalui
pembentukan konsep.
Doktrin
utama dari ajaran plato adalah tentang “Eidos” yaitu tentang ajaran idenya
dalam pernyataan bahwa:
Ajaran
filsafat idealisme Plato
1. Ajaran
tentang dunia EIDOA atau dunia ide atau bentuk. Pengertian apriotis yang
diperoleh tentang bentuk lebih dulu dan nyata dari pengertian tentang bendanya.
2. Ide
ata konsep yang potensial, abstrak dan umum lebih nyata dari benda yang aktual,
individual dan konkrit.
3. Filsafat
ala Plato mengakui dualisme antara dunia ideal dan dunia riil, dimana dunia
ideal merupakan asaa pertama dan utama,
sedang dunia riil yang disebut dunia
kebendaan Plato adalah asas sekunder
4. Filsafat
psikologi mengakui trichotomi daripada hakekat jiwa, cipta, rasa dan karsa.
(kognisi, emosi dan konasi). Jiwa bersifat “immortal” (abadi, tidak mati)
5. Filsafat
etika dan sosil mengakui dan bersifat aristokkratis, yang mengakui tiga strata
sosial, yaitu kelas filosof yang menjunjung nilai norma kebijaksanaan (wisdom),
kelas tentara yang menjunjung nilai keberanian (courage), dan kelas pekerja
yang mengamalkan nilai ketabahan
(perverance). Plato menentang milik perseorangan dan monogami.
6. Filsafat
pengetahuan atau epitemologi atau teori pengetahuan mengakui perbedaaan antara
“opinion” hasil persepsi pancaindera, dan “pure knowledge”. Atau ilmu murni
yang bersifat rasional dan aprioris.
“ideas
are neither mental or a physical, but nonetheles real”, non temporal non
spatial, eternal an immutable”oleh sebab itu “ide” adalah sesuatu pengertian
yan bersifat abstrak, dan di mana tidak mungkin dimengerti atau diperoleh
dengan pengamatan, sehingga harus dicapai atau diperoleh dengan berpikir dan
pikiran. Itulah sebabnya dia membagi ilmu pengetahuan menjadi dua tingkat, yang
pertama “Opinion” pendapat yang diperoleh dengan pancaindera, dan yang kedua
adalah “genuine knowledge” yang dianggap lebih tinggi dan diperoleh dengan
berpkir dan pikiran meleluui metode diatlektika sehingga diperoleh apa yang
disebut konsep (koncepts)
2. 5 ARISTOTELES (c. 384 -322 BC)
Pembahasan
tentang tokoh dan kontroversial ini tidaklah mudah, bukan karena sulitnya jalan
pemikirannya, tetapi luasnya bidang masalah yang dikemukakan da diselesaikan,
sehingga penulis dipaksa untuk menentukan pilihan mana yang harus dibahas dan mana yang harus dilewatkan dalam
buku sederhana ini. Ini berarti apa yang dibahas oleh tokoh ini.
Langsung
pada pokok persoalan pembahasan tentang aliran pemikiran filsafat Aristoteles
akan du mulai dengan pengajuan suatu bagan
perbandingan antara filsafat moral Plato dan Aristoteles, seperti di
bawah ini.
BAGAN
PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT MORAL PLATO
DAN ARISTOTELES
Plato
|
Aristoteles
|
a. Kebijakan
(wisdom)
b. Keberanian
(courage)
c. Ketabahan-ketekunan
(perseverence)
|
a. Kebijakan
(wisdome)
b. Ketabahan
(prudence)
c. Disciplin
(habituation)
d. Keadilan
(justice)
e. Madyatama
(doctrine of mean)
f. Reason
(logis rasional)
|
Masa
triumvirat disebut masa pembangunan kembali ajaran-ajaran filosof sebelumnya
dengan cara menentukan perbedaan dn persamaanya, meneliti mana yang benar dan
baik, serta membuang yang salah dan
jelek. Hasil analisa komparasi tersebut diperoleh suatu ajaran filsafat yang
lebih sistematis, yang merupakan sistem pemikiran yang lebih koheren dan
konsisten, yang mampu menyelesaikan problema mandasar daripada ilmu filsafat,
seperti subtansi pertama, teori moral kesusilaan dan teori ilmu pengetahuan.
Aristoteles
adalah seorang aristokrat intelektual di antara triumvirat, atau trimurti filosof
Yunanni Klasik, dan seperti biasanya si bungsu orangnya cerdas, keras dan lebih
realistik, sehingga mendapat julukan “the great synthiser or compromiser”.
Itulah sebabnya ajaran filsafat Aristotele lebih sistematis, sempurna dari
ajaran filosofi klasik yang mendahuluinya. Termasuk kedua gurunya, sokrates dan
Plato yang dihormatinya. Aristoteles mampu melengkapi, meluruskan dan
mengsistematiskan ajaran-ajaran filosofi-filosofi sebelumnya.
Problema
filosofis yan mendasar dan yang dihadapi oleh Aristoteles adalah Problema “idea
transendental” dari Plato dan diganti dengan teori “hule-morphisme” dan bahan
dan bentuknya, yaitu hubungan antara yang potensial dan yang aktual atau konsep
dengan objeknya atau antara bentuk dan bendanya. Sebagai seorang tokoh “pemadu
dan komentator pemikiran dan ajaran yang ulung”, pada dasarnya, Aristoteles
mencoba memadukan realisme dari Demokritos dan idealisme dari Plato, yang
dengan bagan perbandingan antara kedua alira tersebut dibawah ini dapat diikuti apa yang dilakukan oleh Aristoteles.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan
jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata
benar dengan timbulnya Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran
sofisme mulai mengubah pandangan kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan
dan berkemauan. Tetapi sofime terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif,
relatif dan skeptis. Sebab itu tak mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan
yang bulat. Sofisme tak lebih dari masa pendahuluan ke zaman klasik.
Sistematis
periodisasi, masalah-masalah
yang dihadapi diajukan
mendahului pembahasan masing-masing
tokoh dan ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih jelas memberikan
gambaran umum tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih dianggap
sebagai induk dari cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang
perllu mendapatkan perhatian adalah pertama tentang penulisan tahun
perkembangan pemikiran atau ajaran dan penulisan nama-nama tokoh yang nampaknya
terdapat tidak keseragaman di antara sumber-sumber kepustakaan yang digunakan.
Tiga tokoh filosofi Yunani yakni, Sokrates, Plato,
Aristoteles.
1.SOCRATES (470 – 399 SM)
Dengan sekuat tenaga ia menentang ajaran para sofis. Ia
membela yang benar dan yang baik, sebagai nilai-nilai yang obyektif yang harus
di junjung tinggi oleh semua orang. Ia seorang filsuf yang jujur dan berani. Ia
dihukum mati dengan meminum cawan berisi racun. Murid yang paling setia adalah
Plato.
2. PLATO (427 – 347 SM)
Dilahirkan di Antena dalam kalangan bangsawan, ia mendirikan
sekolah diberi Akademia. Menurut Plato , manusia dapat dibandingkan orang
tahanan, mereka hanya melihat bayang-bayang yang dipantulkan dinding gua, namun
setelah dilepaskan mereka melihat cahaya matahari yang menyilaukan, dan orang yang
lepas tadi, masuk lagi ke dalam gua dan memberitahukan kepada teman-temannya
bahwa bayangan di dalam gua itu bukan realitas, Tapi realitas yang diceritakan
kepada teman-temannya dalam gua tidak dipercaya oleh mereka . Menurut plato
realitas seluruhnya seakan terbagi atas 2 dunia
(dunia yang terbuka dengan rasio dan dunia yang terbuka
dengan pancaindra).
Dunia rasio terdiri dari ide-ide dan dunia pancaindra terdiri dari jasmani.Dunia yang ideal.
(yang terdiri dari ide-ide) merupakan obyek bagi rasio kita, Apabila dunia jasmani dengan cara yang tidak sempurna, maka filsuf harus sanggup melepaskan diri dari dunia jasmani agar sanggup memandang dunia ideal yang sempurna Dalam manusia terdapat terdapat jiwa dan tubuh, Sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah berada dan memandang ide-ide, sekarang jiwa merasa terkurung dalam tubuh dan senantiasa rindu akan memandang bahagia yang dinikmatinya sebelum lahir dalam tubuh, tetapi dalam eksistensi jasmani sekarang. Manusia sanggup pula memperoleh sedikit pengetahuan tentang ide-ide yang pernah dipandang dan ingatan itu dapat dihidupkan kembali sejauh manusia melepaskan diri dari dunia jasmani.
Dunia rasio terdiri dari ide-ide dan dunia pancaindra terdiri dari jasmani.Dunia yang ideal.
(yang terdiri dari ide-ide) merupakan obyek bagi rasio kita, Apabila dunia jasmani dengan cara yang tidak sempurna, maka filsuf harus sanggup melepaskan diri dari dunia jasmani agar sanggup memandang dunia ideal yang sempurna Dalam manusia terdapat terdapat jiwa dan tubuh, Sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah berada dan memandang ide-ide, sekarang jiwa merasa terkurung dalam tubuh dan senantiasa rindu akan memandang bahagia yang dinikmatinya sebelum lahir dalam tubuh, tetapi dalam eksistensi jasmani sekarang. Manusia sanggup pula memperoleh sedikit pengetahuan tentang ide-ide yang pernah dipandang dan ingatan itu dapat dihidupkan kembali sejauh manusia melepaskan diri dari dunia jasmani.
3. ARISTOTELES (384 – 322 SM)
Berasal dari Stageira di daerah thrake, Yunani utara, belajar
dalam Akademi Plato di Anthena, tinggal di sana sampai plato wafat. 2 tahun
mengajar pangeran Alexander Agung , lalu kemudian Ia mendirikan sekolah bernama
Lykeion (dilatinkan Lyceum) . Aristoteles lebih kearah ilmu pengetahuan yang
sedapat mungkin menyelidiki dan mengumpulkan data kongkret. Kritik tajam
ditujukan pada Plato tentang ide-ide, jadi manusia yang kongkret aja. Ia
berpendapat setiap jasmani terdiri 2 hal yaitu bentuk dan materi, Namun yang
dimaksudkannya bentuk materi dalam arti metafisika. Materi menurutnya adalah materi
yang pertama (hyle prote) . dengan kata pertama dimaksudkan bahwa meteri sama
sekali tidak ditentukan. Dengan kata pertama materi pertama selalu mempunyai
salah satu bentuk Bentuk (morphe) ialah perinsip yang menentukan. Karena materi
pertama suatu benda merupakan benda kongkret mempunyai kodrat tertentu, termasuk jenis tertentu (pohon misalnya bukan binatang) dan
akibatnya dapat di kenal oleh rasio kita. Dengan itu kiranya jelas bahwa buat
nya ilmu pengetahuan dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam setiap
benda kongkret. Teori ini dinamakan Hilemorfisisme ( berdasarkan kata yunani
Hyle dan morphe) menjadi dasar ia melihat manusia. Sehingga bila manusia mati
dapat disimpulkan maka jiwanya pun mati.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Saipullah H.A, Drs, “Antara
Filsafat dan Pendidikan”, Usaha
Nasional, Surabaya,1980
Hatta, Muhammad, ”Alam
Pikiran Yunani”, Tirtanas, Jakarta,1980
M.A.W.,
Brouwer, Drs., Heryadi., B.Ph., M.P. Sejarah
Fisafat Barat Modern dan Sejaman, Alumni, Bandung, 1986
http//
www.scribdd.com
good
BalasHapusmakalah ini membantu para pemula yang berminat dalam dunia filsafat..
BalasHapusterima kasih neng....