Selasa, 16 Juli 2013

MAKALAH FILSAFAT YUNANI KLASIK (KUNO)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Filsafat Yunani klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekulatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis. Filsafat Yunani klasik juga merupakan ilustrasi pemikiran dan pembahasan masalah filsafat secara  sistematis dan lengkap dan juga berlaku samapai sekarang.
 Sejarah fisafat dipelajari dengan tujuan agar diperoleh apa yang menjadi masalah pokok filsafat dan sejarah perkembangan pemikiran filsafat.Mempelajari sejarah filsafat juga menyadarkan kita bahwa ajaran yang baik belum tentu diterapkan dengan baik oleh sebab itu waktu dan tempat belum cukup masak memberikan dan berlaku sampai sekarang.
 Sejarah filsafat menyadarkan kita bahwa setiap teori ada kelemahannya dan ada kebaikannya, karena  itu menuntut adanya kerja sama antara sesama pengusaha filsafat, saling memberi dan menerima (take and give), dalam rangka kepentingan bersama, demi kesejahteraan hidup manusia.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1   FILSAFAT YUNANI

Filsafat yunani amatlah besar peranan dan pengaruhnya terhadap falsafah yang ada pada umumnya sekarang menguasai dunia ini. Pengaruhnya ini pada dasarnya tidaklah baik. Sebabnya oleh karena masyarakat sekarang ini adalah meruupakan perjuangan  hidup dan ini diakibatkan oleh filsafat yang menjadi dasar dari masyarakat itu.
Berfalsafah sebenarnya adalah bertindak, yaitu bertindak dengan mempergunakan rasio sebagai alat. Sebelum bertindak dalam kenyataan, manusia itu terlebih dahulu memikirkan baik buruk  dari tindakannya itu. Dan itu telah merupakan falasafah. Maka baik buruk  tindakan itu akan ditentukan oleh nilai buruk baik filsafat yang dianut oleh manusia itu.
Dan masyarakat  itu adalah penuh diisi oleh dan berisikan tindakan manusia, sebagai tindakan manusia dalam kenyataan. Oleh sebab  itu baik buruk nilai masyarakat adalah ditentukan oleh buruk baik falsafah yang dipakai oleh manusia itu. Jika Moral masyarakat itu rendah, maka yang demikian  itu adalah disebabkan filsafat yang dianut oleh manusia itu. Oleh karena itu falsafah Yunani itu bertanggung jawab juga atas adanya masyarakat itu, dan menententukan tindakanyang diperbuatan manusia didalam masyarakat antara sesama. Dan tiap-tiap tindakan dan perbuatan itu tentulah dari pemikiran, perhitungan tentang buruk baiknya sesuatu tindakan dan perbuatan.
Dasar dari pemikiran adalah falsfah yang dianut atau mempengaruh pemikiran manusia itu. Jelaslah betapa pentingnya peranan  falsafah itu dalam perhubungan antara manusia. Pokoknya ialah, akan bergaulkah manusia itu sesamanya, atau akan bermusuh-musuhkah.
Dikatakan diatas, bahwa masyarakat dewasa ini adalah merupakan perjuangan hidup, dimana seseorang mencurigai, malahan menganggap orang lain itu musuh. Dan juga telah dinyatakan diatas, bahwa filsafat yang padau mumnya menguasai dunia dewasa ini adalah falsafah yang berdasarkan  atas dan bersumberkan falsafah Yunani.
Pada umumnya orang-orang Yunani sebelum abad VI S.M. masih mempercayai dongeng-dongeng atau mythos. Segala sesuatunya harus diterima sebagai suatu kebenaran yang tidak perlu dibuktikan lagi. Saat itu logos (akal) tidak bicara. Segala sesuatunya harus diyakini dengan iman.[1]
Sekitar abad VI SM. Mulai muncul para pemikir yang tidak puas dengan segala dongeng-dongeng tersebut. Mereka menginginkan jawaban yang dapat diterima akal atas segala misteri yang ada di alam semesta ini. Ini adalah awal kebangkitan pemikiran filsafat Yunani, dimana orang-orang mulai mencari kebenaran dengan menggunakan logos dan mulai meninggalkan mythos. Dengan adanya kebebasan mimbar, pemikiran filsafat tumbuh subr di Yunani[2]. Pada saat itu orang-orang Yunani sangat menghargai berpikir dan menyampaikan buah pikirnya. Mereka berpikir secara murni, mereka berpikir karena mereka senang berpikir, senang mencari tahu akan hakikat sesuatu. Jadi mereka berpikir bukan karena dibebani tujuan praktis demi penerapan apa yang ingin mereka ketahui dan juga bukan atas perintah raja.Pada saat itu mereka sudah kenal dan menganut demokrasi (demos mempunyai kratos; rakyat mempunyai kekuasaan).[3]
Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunai yang terletak di pesisir Asia kecil. Mereka kagum pada alam yang penuh nuansa dan ritme dan berusaha mencari jawaban atas apa yang ada di belakang semua misteri itu. Mereka itu disebut para Fisuf alam, sebab perhatian mereka terutama pada gejala-gejala alam, bukan pada manusia. Mereka mencari arche (asas pertama) yang asal mula dari segala yang ada.
_ Thales (_+ 625-545 S.M )
_Anaximander (_+ 610-540 S.M)
Anaximes (_+ 538-480 S.M)[4]






2.2    FILSAFAT YUNANI KLASIK (KUNO)

   Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata benar dengan timbulnya Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran sofisme mulai mengubah pandangan  kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Tetapi sofime terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif dan skeptis. Sebab itu tak mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme tak lebih dari masa pendahuluan ke zaman klasik.
Adapun latar belakang penentuan dijatuhkan  pada Filsafat Yunani Klasik, adalah sebagai berikut :
1.      Bahwa filsafat Yunani Klasik merupakan awal dari permulaan pemikiran filsafat atau pembahasan masalah filsafat secara spekluatif rasional, dan tidak irrasional dogmatis.
2.      Bahwa Filsafat Yunani klasik merupakan contoh ilustrasi pemikiran dan pembahasan maslah filsafat secara sitematis dan lengkap dan berlaku sampai sekarang.
3.      Bahwa sesuai dengan butir pada dasarnya pemikir-pemikir filsafat saat ini merupakan komentator filsafat Yunani klasik dan menyesuaian dasar-dasar pemikiran tokoh Klasik dengan tuntutan zaman da perkembangan kebudayaan.
4.      Bahwa Filsafat Yunani Klasik dan  para tokohnya merupakan bukti yang jelas, bahwa apabila kebebasan pemikiran manusia dijamin akan menghasilkan sesuatu, termasuk ajaran filsafat, yang benar, baik dan bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia yang manusiawi.
5.      Bahwa filsafat Yunani Klasik yang agung itu menyadarkan kita yang lama tidak selamanya itu salah dan jelek, bahkan menuntut kita  untuk lebih cermat dan giat menciptakan sesuatu lebih dari yang dilakukan mereka.
6.      Bahwa berpikir dan pemikiran filsafat tidak berada dalam kekosongan sosial, artinya berpikiran dan pikiran filsafat kita diilhami, bersumber dan bermodalkan informasi-informasi hasil pemikiran para ahli filsafat sebelum kita.[5]
Butir (6) diatas dapat diartikan pula bahwa mustahil pemikiran filsafat timbul dan berkembang di dalam tata susunan sosiokultural yang tidak mendukung ke arah itu. Maka dari itu, pengajuan beberapa pendapat tentang dasar-dasar sosiokultural masyarakat, bangsa atau negara Yunani mungkin akan diperoleh manfaat  daripadanya.

2. 3  PERIODISASI FILSAFAT YUNANI KLASIK.
Sistematis periodisasi, masalah-masalah yang dihadapi diajukan mendahului pembahasan masing-masing tokoh dan ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih jelas memberikan gambaran umum tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih dianggap sebagai induk dari cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang perllu mendapatkan perhatian adalah pertama tentang penulisan tahun perkembangan pemikiran atau ajaran dan penulisan nama-nama tokoh yang nampaknya terdapat tidak keseragaman di antara sumber-sumber kepustakaan yang digunakan.[6]
Adapun sistematika singkatan periodisasi tersebut dapat dilihat di bawah ini :
1.      Periode Pra-Sofis.
Mazhab Filafat Alam.
a.       Thales [7]
b.      Anamimander [8]                    Problema: Substansi Pertama.
c.       Anaximenes [9]
d.      Pythagoras [10]
Filsafat Perubahan
e.       Heraclitus [11]                                     Problema: Perubahan dan Kejadian
Filsafat Eleat
f.       Xenophanes [12]
g.      Parmenides  [13]                      Problema: Realisme dan Idealisme
h.      Zeno [14]
i.        Mellissos [15]
Teori Kualitatif
j.        Empedocles [16]
k.      Anaxogoras [17]                      Problema: perubahan Absolut atau Relatif
l.        Leucippus. [18]
Teori Kuantitatif.
m.    demokritos   [19]                      Problema: Atom dengan sifatnya, jumlahnya dan
     gerakannya.
2.      Periode transisi dan Sofis[20]
n.      Protagoras
o.      Gorgias                               problema: Nihilisme dan relativisme. Ilmu dan                                     nilai norma  
3.      Periode Triumvirat Yunani Klasik [21]
p.      Sokrates
q.      Plato                                   Problema: Dualisme, Monisme,idealisme,
r.        Aristoteles                                            rasionalisme dan realisme.
4.      Periode Filsafat Moral Kesusilaan [22]
s.       Aliran Epicureans
t.        Aliran Stoa                         Problema: Hedonisme  Individual dan                                                    Utilitarianisme
5.      Periode Filsafat Agama Neo Pletonisme [23]
u.      Plotinus
v.      St. Augustinus
Suatu hal yang perlu dikemukakan dan diberikan catatan khusus terhadap periode kelima yaitu filsafat agama, yaitu pembahasan tentang terdapat tidaknya, dan seberapa jauh  dapat dibenarkan dan masalah-masalah apa yang ada kaitannya dengan hubungan antara filsafat dan agama. Permasalahan ini tidak ada kesepakatan di antara para pengarang buku sumber yang digunakan, dua diantaranya yaitu Radhakrishnan dan Thilly mengategorikan kedalam filsafat Yunani Klasik,berhadapan dan harus dibedakan dengan aliran Skolastik dan Tomas Aquinas pada abad Tengah dan dengan Filsafat Islam, Yaitu bangsa Moor Spanyol yang diakui sebagai pewris langsung, dan pengulas atau komentator langsung dari sumber karya asli filosof  Yunani Klasik.
Zaman klasik bermula dengan Sokrates. Tetapi sokrates belum sampai kepada suatu sistim filosofi, yang memberikan nama klasik kepada filosofi itu ia baru membuka jalan. Karena dialah tercapai apa yang dimuat sebagai moto pada permulaan buku ini. Alam yang yang tak bertubuh diketahuilah sudah, dan mata pikiran memandanglah ke dalam. Sokrates baru mencari kebenaran ia bellum saampai menegakkan suatu sistim penegakan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi kebenaran dan moral.
Sistem ajaran filosofi klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran Sokrates tentang pengetahuan dan etik beserta filosofi alam yang berkembang sebelum Sokrates.
Plato mencapai titik persatuan dalam Filosofi Grik yang selama itu menyatakan perbedaan pandangan. Dengan itu terdapat untuk pertama kali dalam sejarah dunia Barat, suatu sistim pandangan yang menyuluhi seluruhnya dari satu pokok. Aristoteles meneruskan pokok pengertian Plato dan membangun suatu sistim filosofi  yang didalamnya terdapat tempat tersendiri bagi berbagai ilmu spesial.
Buah pikirn dan sistem pengetahuan Plato dan Aristoteles menguasai alam pikiran orang Barat sampai kira-kira dua ribu tahun lamanya. Itulah yang memberikan nama klasik kepada filosofi mereka.
2. 4 SOKRATES

Sokrates lahir di atena pada tahun 470 sebelum Masehi dan meninggal pada tahun 399 S.M. Bapaknya tukang pembuat patung, ibunya bidan. Pada permulaannya Sokrates mau menuruti jejak bapaknya menjadi tukang pembuat patung pula. Tetapi akhirnya ia berganti  haluan. Dari membentuk batu jadi patung ia membentuk watak manusia.
Tokoh filosof ini adalah yang tertua diantara ketiganya, dan merupakan tokoh marginal, orang perbatasan, dimana di saatu segi dapat di kategorikan ke dalam kelompok kaum sofis tetapi dari sudut lain menentang golongan kaumnya sendiri. Ambivalensi status intelektual ini dipersulit lahi kenyataan bahwa i tidak menulis sesuatu karya apa pun, karen warisan alam pemikirannya hanya dapat dipelajari melelui corong murid dan sekaligus rekannya Plato. Dalam setiap pemabahasannya tentang problema yang sama dalam karya tulisnya.

AJARAN KAUM SOFIS KLASIK YUNANI
1.      Humasanisme Man The measure of 11 things.
2.      Skeptikisme dan nihilisme dari Gorgias yang artinya tiap-tiap pendapat benar atau tidak ada yang benar, Ex Nihilo nihil fit.
3.      a. There is nothing
b. Even is there were something we could not know it
c. Even if exited and we could know it, we could not communicate this knowledge o others.
4.      Empirisme adalah pandangan bahwa pengetahuan bersumber pada pengamatan (perception) terhadap kenyataan individual yang berbeda-beda.
5.      Tujuan filsafat adalah menang dalam berdebat, bersilat lidah dengan menggunakan ilmu retorika.
6.      Filsafat agama: Protagoras menyatkan bahwa Tuhan tiak tahu ada  atau tidaknya. Masalah in amat sulit, sedang umur amat pendek.
Masalah pokok yang dihadapi kedua tokoh filsafat ini adalah masalah hubungan antara kenyataan yang ‘perpectible” dengan yang “intelligible” atau antara yang “Many” dengan yng “One” antara “thought” dengan yang “thing” yaitu antara konsep dengan sensibilia, artinya hal-hal yang dapat diamati.
Usaha Socrates untuk melepaskan diri dari ikatan kaum Sofis yang skepti bahkan nihilitis itu, dan dalam rangka menyelesaikan permasalahan di atas, adalah ajaran utama dan pertama yang berbunyi dalam rumusannya bahwa “knoeledge is virtues” artinya pengertian adalah kebajikan. Postulat ini menuntut agar setiap tingkah –laku  akan diakui sebagai baik dan bijaksana apabila didasrkan atas pengetahuan, atau kesadaran manusia yang melakukannya. Secara tidak langsung bagi manusia pengetahuan dan perngertian yang baik itu merupakan kenyataan yang dapat diperoleh dan manusia diberi kemampuan untuk mencapai pengetahuan tersebut, dan yang akan menjadi dasar yang menentukan tingkah-laku perbuatannya.
Pernyataan di atas dapat pula berarti bahwa pengertian tentang sesuatu sudah menjamin perbuatan yan sesuai dengan engertian tersebut, apdahal dalam kenyataannya tidaklah demikian selamanya. Oleh sebab daya kemampuan intelektual manusia bukan merupakan satu-satunya daya atau faktor yang menentukan tingkah laku manusia. Apabila kita mengaku daya intelktual satu-satunya dan yang palinng utama, maka apabila terjadi peristiwa ketidak serasian antara pengertian dan perbuatan, maka hal ini  karena kesalahan atau perbedaan konsep pngertian atau mungkin sebagai akibat penngaruh psikologis dan sosial, seperti perasaan, kemauan maupun kondisi sosial tertentu. Postulat Sokrates  di atas pada dasarnya menyadarkan kepada kita bahwa berbuat salah tetapi tahu letak kesalahannya lebih baik daripada berbuat baik tetapi tidak sadar akan kebaikannya.
2. 5   PLATO
Plato adalah satu-satunya filosof  yang berhasil membangun suatu sistim pemikiran filsafat yang integral yang terdiri dari unsur-unsur ajaran filosof pendahulunya. Ia setuju dengan Anaxagoras dalam hal ini bahwa pikiran adalah pengatur segala sesuatu, karena itu berbeda dengan bahan atau benda, dengan Heraclitus ia peroleh ajaran bahwa dalam segala sesuatu ada jamak dua prinsip dasar yang diperoleh Plato dari kaum Mazhab Elea, bahwa Tuhan adalah Esa, dan bahwa dunia yang sebnarnya adalah tidak berubah, dan bagi Plato dunia tersebut adalah dunia idea (eidos) bahwa Plato sependapat dengan kaum Sofis bahwa pengetahuan adalah tidak mungkin, apabila hanya terbatas pada yang menampak saja (sensibilia) dan dari Sokrates gurunya ia memperoleh pengertian bahwa pengetahuan yang sebenarnya adalah dengan malalui pembentukan konsep.
Doktrin utama dari ajaran plato adalah tentang “Eidos” yaitu tentang ajaran idenya dalam pernyataan bahwa:
Ajaran filsafat idealisme Plato
1.      Ajaran tentang dunia EIDOA atau dunia ide atau bentuk. Pengertian apriotis yang diperoleh tentang bentuk lebih dulu dan nyata dari pengertian tentang bendanya.
2.      Ide ata konsep yang potensial, abstrak dan umum lebih nyata dari benda yang aktual, individual dan konkrit.
3.      Filsafat ala Plato mengakui dualisme antara dunia ideal dan dunia riil, dimana dunia ideal  merupakan asaa pertama dan utama, sedang dunia  riil yang disebut dunia kebendaan Plato adalah asas sekunder
4.      Filsafat psikologi mengakui trichotomi daripada hakekat jiwa, cipta, rasa dan karsa. (kognisi, emosi dan konasi). Jiwa bersifat “immortal” (abadi, tidak mati)
5.      Filsafat etika dan sosil mengakui dan bersifat aristokkratis, yang mengakui tiga strata sosial, yaitu kelas filosof yang menjunjung nilai norma kebijaksanaan (wisdom), kelas tentara yang menjunjung nilai keberanian (courage), dan kelas pekerja yang mengamalkan nilai  ketabahan (perverance). Plato menentang milik perseorangan dan monogami.
6.      Filsafat pengetahuan atau epitemologi atau teori pengetahuan mengakui perbedaaan antara “opinion” hasil persepsi pancaindera, dan “pure knowledge”. Atau ilmu murni yang bersifat rasional dan aprioris.
“ideas are neither mental or a physical, but nonetheles real”, non temporal non spatial, eternal an immutable”oleh sebab itu “ide” adalah sesuatu pengertian yan bersifat abstrak, dan di mana tidak mungkin dimengerti atau diperoleh dengan pengamatan, sehingga harus dicapai atau diperoleh dengan berpikir dan pikiran. Itulah sebabnya dia membagi ilmu pengetahuan menjadi dua tingkat, yang pertama “Opinion” pendapat yang diperoleh dengan pancaindera, dan yang kedua adalah “genuine knowledge” yang dianggap lebih tinggi dan diperoleh dengan berpkir dan pikiran meleluui metode diatlektika sehingga diperoleh apa yang disebut konsep (koncepts)
2. 5   ARISTOTELES (c. 384 -322 BC)
Pembahasan tentang tokoh dan kontroversial ini tidaklah mudah, bukan karena sulitnya jalan pemikirannya, tetapi luasnya bidang masalah yang dikemukakan da diselesaikan, sehingga penulis dipaksa untuk menentukan pilihan mana yang harus  dibahas dan mana yang harus dilewatkan dalam buku sederhana ini. Ini berarti apa yang dibahas oleh tokoh ini.
Langsung pada pokok persoalan pembahasan tentang aliran pemikiran filsafat Aristoteles akan du mulai dengan pengajuan suatu bagan  perbandingan antara filsafat moral Plato dan Aristoteles, seperti di bawah ini.


BAGAN PERBANDINGAN ANTARA FILSAFAT MORAL  PLATO DAN ARISTOTELES
Plato
Aristoteles
a.       Kebijakan (wisdom)
b.      Keberanian (courage)
c.       Ketabahan-ketekunan (perseverence)
a.       Kebijakan (wisdome)
b.      Ketabahan (prudence)
c.       Disciplin (habituation)
d.      Keadilan (justice)
e.       Madyatama (doctrine of mean)
f.       Reason (logis rasional)


Masa triumvirat disebut masa pembangunan kembali ajaran-ajaran filosof sebelumnya dengan cara menentukan perbedaan dn persamaanya, meneliti mana yang benar dan baik, serta membuang yang salah  dan jelek. Hasil analisa komparasi tersebut diperoleh suatu ajaran filsafat yang lebih sistematis, yang merupakan sistem pemikiran yang lebih koheren dan konsisten, yang mampu menyelesaikan problema mandasar daripada ilmu filsafat, seperti subtansi pertama, teori moral kesusilaan dan teori ilmu pengetahuan.
Aristoteles adalah seorang aristokrat intelektual di antara triumvirat, atau trimurti filosof Yunanni Klasik, dan seperti biasanya si bungsu orangnya cerdas, keras dan lebih realistik, sehingga mendapat julukan “the great synthiser or compromiser”. Itulah sebabnya ajaran filsafat Aristotele lebih sistematis, sempurna dari ajaran filosofi klasik yang mendahuluinya. Termasuk kedua gurunya, sokrates dan Plato yang dihormatinya. Aristoteles mampu melengkapi, meluruskan dan mengsistematiskan ajaran-ajaran filosofi-filosofi sebelumnya.
Problema filosofis yan mendasar dan yang dihadapi oleh Aristoteles adalah Problema “idea transendental” dari Plato dan diganti dengan teori “hule-morphisme” dan bahan dan bentuknya, yaitu hubungan antara yang potensial dan yang aktual atau konsep dengan objeknya atau antara bentuk dan bendanya. Sebagai seorang tokoh “pemadu dan komentator pemikiran dan ajaran yang ulung”, pada dasarnya, Aristoteles mencoba memadukan realisme dari Demokritos dan idealisme dari Plato, yang dengan bagan perbandingan antara kedua alira tersebut dibawah ini dapat  diikuti apa yang dilakukan oleh Aristoteles.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Perubahan jalan pikiran dalam filosofi tidak terjadi sekonyong-konyong. Ini ternyata benar dengan timbulnya Filosofi Klasik Yunani. Seperti dissebut di atas, aliran sofisme mulai mengubah pandangan  kemanusia sebagai makhluk yang berpengetahuan dan berkemauan. Tetapi sofime terlalu mengemukakan pendirian yang subyektif, relatif dan skeptis. Sebab itu tak mungkin ia menjadi suatu sistim pengetahuan yang bulat. Sofisme tak lebih dari masa pendahuluan ke zaman klasik.
Sistematis periodisasi, masalah-masalah yang dihadapi diajukan mendahului pembahasan masing-masing tokoh dan ajarannya, dan ini dengan maksud untuk lebih jelas memberikan gambaran umum tentang ilmu filsafat, yang sampai saat ini masih dianggap sebagai induk dari cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain. Dua hal ini yang perllu mendapatkan perhatian adalah pertama tentang penulisan tahun perkembangan pemikiran atau ajaran dan penulisan nama-nama tokoh yang nampaknya terdapat tidak keseragaman di antara sumber-sumber kepustakaan yang digunakan.
Tiga tokoh filosofi Yunani yakni, Sokrates, Plato, Aristoteles.
1.SOCRATES (470 – 399 SM)
Dengan sekuat tenaga ia menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar dan yang baik, sebagai nilai-nilai yang obyektif yang harus di junjung tinggi oleh semua orang. Ia seorang filsuf yang jujur dan berani. Ia dihukum mati dengan meminum cawan berisi racun. Murid yang paling setia adalah Plato.

2. PLATO (427 – 347 SM)
Dilahirkan di Antena dalam kalangan bangsawan, ia mendirikan sekolah diberi Akademia. Menurut Plato , manusia dapat dibandingkan orang tahanan, mereka hanya melihat bayang-bayang yang dipantulkan dinding gua, namun setelah dilepaskan mereka melihat cahaya matahari yang menyilaukan, dan orang yang lepas tadi, masuk lagi ke dalam gua dan memberitahukan kepada teman-temannya bahwa bayangan di dalam gua itu bukan realitas, Tapi realitas yang diceritakan kepada teman-temannya dalam gua tidak dipercaya oleh mereka . Menurut plato realitas seluruhnya seakan terbagi atas 2 dunia
(dunia yang terbuka dengan rasio dan dunia yang terbuka dengan pancaindra).
Dunia rasio terdiri dari ide-ide dan dunia pancaindra terdiri dari jasmani.Dunia yang ideal.
(yang terdiri dari ide-ide) merupakan obyek bagi rasio kita, Apabila dunia jasmani dengan cara yang tidak sempurna, maka filsuf harus sanggup melepaskan diri dari dunia jasmani agar sanggup memandang dunia ideal yang sempurna Dalam manusia terdapat terdapat jiwa dan tubuh, Sebelum dilahirkan dalam tubuh jasmani, jiwa sudah berada dan memandang ide-ide, sekarang jiwa merasa terkurung dalam tubuh dan senantiasa rindu akan memandang bahagia yang dinikmatinya sebelum lahir dalam tubuh, tetapi dalam eksistensi jasmani sekarang. Manusia sanggup pula memperoleh sedikit pengetahuan tentang ide-ide yang pernah dipandang dan ingatan itu dapat dihidupkan kembali sejauh manusia melepaskan diri dari dunia jasmani.
3. ARISTOTELES (384 – 322 SM)
            Berasal dari Stageira di daerah thrake, Yunani utara, belajar dalam Akademi Plato di Anthena, tinggal di sana sampai plato wafat. 2 tahun mengajar pangeran Alexander Agung , lalu kemudian Ia mendirikan sekolah bernama Lykeion (dilatinkan Lyceum) . Aristoteles lebih kearah ilmu pengetahuan yang sedapat mungkin menyelidiki dan mengumpulkan data kongkret. Kritik tajam ditujukan pada Plato tentang ide-ide, jadi manusia yang kongkret aja. Ia berpendapat setiap jasmani terdiri 2 hal yaitu bentuk dan materi, Namun yang dimaksudkannya bentuk materi dalam arti metafisika. Materi menurutnya adalah materi yang pertama (hyle prote) . dengan kata pertama dimaksudkan bahwa meteri sama sekali tidak ditentukan. Dengan kata pertama materi pertama selalu mempunyai salah satu bentuk Bentuk (morphe) ialah perinsip yang menentukan. Karena materi pertama suatu benda merupakan benda kongkret mempunyai kodrat tertentu, termasuk jenis tertentu (pohon misalnya bukan binatang) dan akibatnya dapat di kenal oleh rasio kita. Dengan itu kiranya jelas bahwa buat nya ilmu pengetahuan dimungkinkan atas dasar bentuk yang terdapat dalam setiap benda kongkret. Teori ini dinamakan Hilemorfisisme ( berdasarkan kata yunani Hyle dan morphe) menjadi dasar ia melihat manusia. Sehingga bila manusia mati dapat disimpulkan maka jiwanya pun mati.




DAFTAR PUSTAKA

 Ali Saipullah H.A, Drs,  “Antara Filsafat dan Pendidikan”, Usaha Nasional, Surabaya,1980
Hatta, Muhammad, ”Alam Pikiran Yunani”, Tirtanas, Jakarta,1980
M.A.W., Brouwer, Drs., Heryadi., B.Ph., M.P. Sejarah Fisafat Barat Modern dan Sejaman, Alumni, Bandung, 1986
http// www.scribdd.com




[1] Drs. M.A.W. Brouwer, M.P. Heryadi, B.Ph., Sejarah Filsafat Modern dan Sejaman , hal 2
[2] Ibid, hal 2
[3] Ibid, hal 2
[4] Ibid, hal 2-3
[5] Drs. Ali Saifullah H.A, Antara Filsafat dan Pendidikan, hal 56-57
[6] Drs. Ali Saifullah H.A, Antara Filsafat dan Pendidikan, hal 57-58
[7] Ibid hal 60
[8] Ibid hal 61
[9] Ibid hal 61
[10] Ibid hal 62
[11] Ibid hal 62
[12] Ibid hal 63
[13] Ibid hal 63
[14] Ibid hal 63
[15] Ibid hal 66
[16]  Ibid hal 66
[17] Ibid hal 66
[18] Ibid hal 68
[19] Ibid hal 69
[20] Ibid hal 69-71
[21] Ibid hal 71-79
[22] Ibid hal 84
[23] Ibid hal 84

2 komentar: