Jumat, 19 Juli 2013

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

A.    Pengertian Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM ) diadopsi dari istilah Inggris yaitu Problem Based Instruction ( PBI ). Dari segi pedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori konstruktivisme. Model pembelajaran berbasis masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa. (Abuddin Nata, 2009:243).
Menurut Major, Claire.H dan Palmer, Betsy (2001). Pembelajaran  berbasis  masalah  merupakan  sebuah  pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, siswa bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).
Sedangkan menurut Duch J.B, (1995). Pembelajaran  berbasis  masalah  merupakan  suatu  metode  pembelajaran yang  menantang  siswa  untuk  “belajar  bagaimana  belajar”,  bekerja  secara berkelompok  untuk  mencari  solusi dari  permasalahan  dunia  nyata. Masalah  ini  digunakan  untuk  mengikat  siswa  pada  rasa  ingin  tahu  pada pembelajaran yang dimaksud.
Evan Glazer, (2001) mengatakan bahwa, pembelajaran  berbasis  masalah  adalah  strategi  pembelajaran  yang merangsang  siswa  aktif  untuk  memecahkan  permasalahan  dalam  situasi nyata.
Jadi pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintregasikan pengetahuan baru. Hal serupa juga dikemukakan oleh Nurhadi (2004 :109)Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”. Dalam hal ini pengajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah.
Dari pendapat beberapa para ahli diambil kesimpulan pendekatan pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik tolak (starting point) pembelajaran. Masalah-masalah yang dapat dijadikan sebagai sarana belajar adalah masalah yang memenuhi konteks dunia nyata (real world), yang akrab dengan kehidupan sehari-hari para siswa. Melalui masalah-masalah kontekstual ini para siswa menemukan kembali pengetahuan konsep-konsep dan ide-ide yang esensial dari materi pelajaran dan membangunnya ke dalam stuktur kognitif.

Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah juga mengacu pada pendekatan pembelajaran yang lain seperti yang diungkapkan oleh diungkapkan oleh Trianto (2007 : 68)Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah) mengacu pada Pembelajaran Proyek (Project Based Learning), Pendidikan Berdasarkan Pengalaman (Experience Based Education),  Belajar Autentik (Autentic Learning), Pembelajaran Bermakna (Anchored Instruction)”.

B.     Teori Pembelajaran Berbasis Masalah
Beberapa Dukungan Teori Tentang Pembelajaran Berbasis Masalah. Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, maka pembelajaran berbasis masalah didasarkan oleh landasan yang kuat oleh berbagai ahli.
1.      John Dewey.
Pandangan Dewey tentang pendidikan melihat sekolah sebagai pencerminan masyarakat yang lebih besar dan kelas menjadi labolatorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata.
2.      Piaget, Vygotsky dan Konstruktivisme
Pembelajaran berbasis masalah meminjam pendapat Piaget bahwa apabila pelajar dilibatkan dalam proses mendapat informasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka pembelajaran akan menjadi bermakna.
Sementara Vygostky yakin bahwa intelektual berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha mengatasi deskripansi yang timbul oleh pengalaman-pengalaman ini. Menurut Vygotsky siswa memiliki dua tingkat perkembangan berbeda yaitu:
Ø  Tingkat perkembangan actual, yang menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu.
Ø  Tingkat perkembangan potensial yaitu  yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua atau bahkan teman sebaya yang lebih cerdsa, maju dan berkembang.

3.      Bruner dan Discovery Learning
Bruner berpendapat bahwa pada hakekatnya tujuan pembelajaran bukan hanya memperbesar dasar pengetahuan siswa, tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan discovery (penemuan).
Bruner menganggap sangat penting peran dialog dan interaksi social dalam proses pembelajaran.Berdasarkan dari konsep Bruner, maka seorang guru yanga akan menggunakan pendekatan berbasis masalah harus menekankan pada beberapa hal berikut ini dalam proses pembelajarannya:
Ø  Memberikan tekanan yang kuat untuk membangun keterlibatan aktif semua siswa dalam setiap langkah dan proses pembelajaran yang dilakukan.
Ø  Mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri tanpa dominasi oleh guru.
Ø  Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk di dalami dalam berbagai kegiatan penyelidikan hingga siswa sampai pada penemuan ide-ide dan mengkonstruksinya menjadi bangunan teori, paling tidak sampai pada pemahamannya yang mendalam tentang teori.
Ø  Orentasi yang digunakan  adalah induktif bukan orentasi deduktif.

C.     Konsep Dasar dan Karakteristik  SPBM
Sanjaya (2008) menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada  proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM:
1.      SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan  yang harus dilakukan  siswa.
2.      aktivitas pembelajaran diarahkan  untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah  sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
3.      pemecahan masalah dilakukan  dengan menggunakan  pendekatan berpikir secara ilmiah

            Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan apabila guru memiliki beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1.      Guru menginginkan agar siswa dapat mengingat materi pelajaran, menguasai bahan dan memahami secara penuh permasalahan yang akan dipelajari.
2.      Guru menginginkan untuk mengembangkan keterampilan berfikir siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
3.      Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4.      Guru memotivasi siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
5.      Guru menginginkan agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
 (Gordon, 2001.,Karjcik, 2003; Slavin, Madden, Dolan & Wasik, 1994; Torp dan Sage, 1998) mendeskripsikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah ini memiliki fitur-fitur sebagai berikut:
1.      Pertanyaan atau masalah perangsang
2.      Fokus interdisipliner
3.      Investigasi autentik
4.      Produksi artepak dan exhibit
5.      Kolaborasi

Pembelajaran berbasis masalah dilakukan secara benar sesuai dengan prinsip dan karakteristik pembelajaran, maka ada beberapa dampak tidak langsung yang dapat diperoleh siswa  setelah pembelajaran berbasis masalah diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu:
a.       Keterampilan melakukan penelitian/penyelidikan sebagai dasar pemecahan masalah secara ilmiah.
b.      Perilaku dan keterampilan sosial.
c.       Keterampilan belajar mandiri.

D.    Desain Pembelajaran Berbasis Masalah
    
Desain model pembelajaran berbasis masalah dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 sampai 6 orang.
Kedua, pada setiap kelompok tersebut terdapat seorang ketua yang bertindak sebagai moderator dan sekaligus juru bicara, dan seorang sekretaris yang bertindak sebagai pencatat dan perumus hasil pemecahan masalah. Ketua dan sekretaris kelompok tersebut juga merangkap sebagai anggota.
Ketiga, menentukan .pokok masalah yang akan dipecahkan. Permasalahan tersebut dapat dituangkan dari bahan pelajaran yang terdapat dalam silabus, dapat pula permasalahan yang berasal dari para siswa sendiri. Untuk itu, seorang guru hendaknya mendorong setiap kelompok untuk berani mengemukakan  poko  masalah yang akan dibahas dan dipecahkan. Andaikan para siswa dalam kelompok tersebut mendapatkan kesulitan dalam menemukan masalahnya, maka guru dituntut untuk menawarkan masalah-masalahnya. Selain itu, permasalahan tersebut harus mengandung isu-isuyang mengandung konflik, bersifat familier, mengandung kompetensi yang harus dimiliki oleh muris sesuai dengan kurikulum yang berlaku, serta sesuai dengan minat murid.
Keempat, guru meminta para siswa dalam setiap kelompok tersebut untuk mendiskusikan poko masalah tersebut sesuai dengan waktu yang tersedia.
Kelima, berbagai kegiatan yang terdapat dalam kelompok tersebut antara lain:
1)      Mengumpulkan data dengan cara masing-masing kelompok bertukat pikiran, melakukan observasi, mempelajari berbagai bacaan, mengakses Internet dan inventarisasi data lainnya;
2)      Menganalisis data yang telah dikumpulkan  dengan cara mengkajinya dan mempertanyakannya, yakni apakah data tersebut telah memadai untuk menjawab permaslahan tersebut;  
3)      Menyusun hipotesis yang didasarkan pada hasil analisis data-data tersebut, yaitu berupa dugaan, jawaban, atau kesi mulan sementara sabagai salah satu alternatif pemecahan masalah atau jawaban atas  masalah tersebut, kebenaran hasilnya harus dibuktikan;
4)      Mengolah data, yaitu data yang ada dan telah dianalisis itu diolah dengan baik agar dapat memperjelas ke arah pemecahan masalah yang tepat;
5)      Menguji hipotesis, yaitu bahwa kebenaran hipotesis atau cara pemecahan masalah yang telah diajukan tersebut diuji kembali, yakni apakah hipotesis tersebut sudah merupakan jawaban atau pemecahan masalah yang tepat atau belum;
6)      Menarik kesimpulan yang berisi jawaban atau pemecahan atas masalah tersebut.

E.     Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Kelebihan
a.       Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.      Pemecahan masalah (problem solving) dapat menentang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
c.        Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d.      Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentranfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.       Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f.       Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran.
g.      Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h.      Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir lebih kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan.
i.        Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j.        Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
k.      Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat membentuk siswa untuk memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang dibarengi dengan kemampuan inovatif dan sikap kreatif akan tumbuh dan berkembang.
l.         Dengan strategi pembelajaran berbasis masalah, kemandirian siswa dalam belajar akan mudah terbentuk, yang pada akhirnya akan menjadi kebiasaan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ditemuinya dalam aktivitas kehidupan nyata sehari-hari ditengah-tengah masyarakat.
m.    dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan  kehidupan, khususnya dengan dunia kerja;
n.      dapat membiasakan para siswa menghadapai dan memecahka masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang sesunguhnya di masyarakat kelak
o.      dapat merangsang pengembangan kemampuan berfikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, para siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek

2.   Kelemahan
a.       Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan dan pelaksanaannya.
c.       Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
d.      sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat berfikir para siswa. Hal ini terjadi, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan berfikir pada para siswa. Seseorang misalnya, menduga bahwa PBL hanya cocok untuk siswa SLP, SLA, atau PT. Namun yang sesungguhnya PBL dapat pula diterapkan pada siswa SD asalkan masalah yang disajikan sesuai dengan tingkat kemampuan siwa SD tersebut;
e.       Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional, Hal ini terjadi antara lain karena dalam memecahkan masalah tersebut sering keluar dari konteksnya atau cara pemecahannya yang kurang efisien;
f.       sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri.



BAB II
KESIMPULAN

Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Istilah Pembelajaran Berbasis Masalah ( PBM ) diadopsi dari istilah Inggris yaitu Problem Based Instruction ( PBI ). Dari segi pedagogis, pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada teori konstruktivisme. Model pembelajaran berbasis masalah adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.

Terdapat 3 ciri utama dari SPBM:
4.      SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan  yang harus dilakukan  siswa.
5.      aktivitas pembelajaran diarahkan  untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah  sebagai kata kunci dari proses pembelajaran.
6.      pemecahan masalah dilakukan  dengan menggunakan  pendekatan berpikir secara ilmiah

Pembelajaran berbasis masalah dilakukan secara benar sesuai dengan prinsip dan karakteristik pembelajaran, maka ada beberapa dampak tidak langsung yang dapat diperoleh siswa  setelah pembelajaran berbasis masalah diimplementasikan dalam proses pembelajaran dikelas, yaitu:
d.      Keterampilan melakukan penelitian/penyelidikan sebagai dasar pemecahan masalah secara ilmiah.
e.       Perilaku dan keterampilan sosial.
f.       Keterampilan belajar mandiri.





DAFTAR PUSTAKA

Imansjah Alipandie, Drs. 1984, Didaktik Metodik Pendidikan Umum, Surabaya: Usaha Nasional
Oemar Hamalik, Prof. Dr. 2010, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara


Tidak ada komentar:

Posting Komentar